
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Undang- Undang (UU) nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan menekankan pentingnya
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Mutu adalah sejauh mana layanan
kesehatan yang diberikan sesuai dengan standard operating procedure atau
prosedur tetap medis (Mukti, 2007: 9). Pelayanan yang bermutu bercirikan
melakukan hal yang benar secara benar (doing the right things right). Azrul
Azwar (1997) menyebutkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang
sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara
wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan secara aman dan memuaskan pelanggan
sesuai dengan norma dan etika yang baik. Salah
satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien (Depkes
RI, 2008). mengemukakan bahwa konsep mutu layanan yang berkaitan dengan
kepuasan pasien ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah
mutu layanan “SERVQUAL” (responsiveness, assurance, tangible, empathy dan
reliability). Mutu pelayanan kesehatan menunjukkan pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasaan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Depkes
RI 2008). Kepuasan
pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari
kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan
apa yang diharapkan (Pohan, 2006: 156). Sebagai pusat pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya, puskesmas dan rumah sakit merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu,
terjangkau, adil dan merata.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan pada
penelitian ini dapat dirumuskan yaitu
1. Bagaimana Peningkatan mutu yang
berkelanjutan?
2. Bagaimana Manajemen Mutu Terpadu?
3. Bagaimana mutu pelayanan puskesmas
dan rumah sakit?
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan uraian Rumusan masalah di atas maka
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Peningkatan mutu yang berkelanjutan
2. Manajemen Mutu Terpadu
3. Mutu pelayanan puskesmas dan rumah
sakit

PEMBAHASAN
2.1
Peningkatan
Mutu Berkelanjutan
2.1.1
Konsep Peningkatan Mutu
Berkelanjutan
Untuk
memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang
terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar
utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi manajemen dan komitmen
Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat
diperlukan.
2. Tanggung jawab
Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang
kuat.
3. Pengukuran umpan balik
Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah
kita mempunyai informasi yang cukup.
4. Pemecahan masalah dan proses
perbaikan
Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk
menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam
upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Komunikasi
Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada
informasi, maka petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6. Pengembangan staf dan pelatihan
Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan
pengembangan sumber daya yang dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam
memberikan pelayanan.
7. Keterlibatan tim kesehatan
Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan
berperan serta dalam strategi organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan
Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan
dan pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim
mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf
10. Staf yang terlibat adalah yang
mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.
11. Mengingatkan kembali dan
pemberdayaan
Petugas
harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan
2.1.2
Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan
Mekanisame
Peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:
1. Quality Planning, meliputi:
·
Menentukan pelanggan.
·
Menentukan kebutuhan pelanggan.
·
Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
·
Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai
dengan gambaran produk.
·
Mentrasfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.
2. Quality Control, meliputi:
§ Mengevaluasi kinerja produk saat
ini.
§ Membandingkan kinerja sesungguhnya
dengan tujuan produk
§ Melaksanakan atau memperbaiki
perbedaan.
3. Quality Improvement, meliputi:
v Mengembangkan infrastruktur.
v Mengidentifikasi proyek peningkatan
mutu.
v Membentuk tim mutu.
v Menyiapkan tim dengan sumber daya
dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis penyebab, menstimulasi
perbaikan, dan mengembangkan pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.
2.2
Manajemen
Mutu Terpadu (Total Quality Management)
2.2.1
Konsep
Manajemen Mutu Terpadu
Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan
terus-menerus) dan Quality improvement
( Perbaikan Mutu ). Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi
manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi
kepuasan pelanggan.
Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist
institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the
plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian
bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang
membantu berbagai institusi dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda
masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr
menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif
tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan
perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu,
produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan
maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan
mutu berkelanjutan. Tetapi TQM memfokuskan proses atau sistem pencapaian tujuan
organisasi.
Menurut Dr. W. Edward Demings (dalam
Syafaruddin, 2002:31) Yang mendasari falsafah manajemen mutu terpadu terfokus
pada pernyataan” Do the right things, first time,every time” (kerjakan
sesuatu yang benar sejak pertama kali setiap waktu) dengan meletakkan kerangka
pemikiran dalam perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terdiri dari hal -hal
sebagai berikut.
1.
Reaksi
berantai untuk perbaikan kualitas
Rekasi berantai
tersebut menyatakan bahwa perbaikan kualitas akan meningkatkan kepuasan
pelanggan (dalam hal pengguna lulusan).
2.
Transformasi
organisasi
Di sini
kemampuan untuk mencapai perbaikan yang penting danberkelanjutan menuntut
perubahan dalam nilai-nilai yang dianut. Selain itu, proses kerja dan struktur
kewenangan dalam organisasi perlu dibenahi.
3.
Peran
esensial pimpinan
Kepemimpinan
mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas. Setiap anggota
organisasi harus memberikan kontribusi penting dalam upaya tersebut, namun
demikian setiap upaya perbaikan yang tidak didukung secara aktif oleh pimpinan,
komitmen, kreatifitas, maka lama kelamaan akan hilang.
4.
Hindari
praktik-praktik manajemen yang merugikan
Setiap keputusan
yang didasarkan pada pandangan jangka pendek, sempit dan terkotak-kotak,
akhirnya akan merugikan organisasi. Beber apa contoh pandangan tersebut adalah:
a.
Tidak
terdapat tujuan yang tetap ( constancy of purpose), yaitu tujuan menuju
perbaikan kualitas demi kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi.
b.
Hanya
memikirkan keuntungan jangka pendek, dan
c.
sering
berganti-ganti kegiatan.
5.
Penerapan
system of profound knowledge
Penerapan sistem
tersebut meliputi penerapan empat disiplin berikut:
a.
Organisasi
pada sistem ( system oriented)
Pada setiap
upaya menuju perbaikan kualitas itu, hendaknya kita mengembangkan kecakapan
untuk menghindari dan mengelola interaksi antara berbagai komponen organisasi.
Oriantasi ini meliputi fokus pada kinerja (performance) total organisasi
bukan hannya memusatkan perhatian pada usaha memaksimalkan hasil komponen organisasi
tertentu secara parsial, akan tetapi harus keseluruhan organisasi.
b.
Teori
Variasi
Perlu dikembangkan
kecakapan untuk menggunakan data dalam proses pengambilan keputusan.pengertian
atas variasi data akan dapat membantu pengambilan keputusan untuk mengetahui
kapan harus melakukan perubahan-perubahan dalam suatu sistem guna memperbaiki kinerja,dan
mengetahui kapan perubahan -perabahan yang dibuat dapat memperburuk kinerja.
c.
Teori
pengetahuan
Peguasaan teori
pengetahuan akan membuat kita untuk mengembangkan dan menguji hipotesis
(praduga) guna memperbaiki kinerja organisasi jadi,teori pengetahuan akan
membantu kita untuk mengetahui:
·
apa
yang dikehendaki oleh pelanggan (customer),
·
seberapa
jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
·
faktor-faktor
penting apa yang mempengaruhi kualitas
·
apa
yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas
·
Apakah
pelanggan mengetahui perubahan yang terjadi mengenai kinerja organisasi, dan
·
apa
kebutuhan dan harapan baru pelanggan
d.
Psikologi
Perlu dikembangkan kecakapan untuk mengerti dan
menerapan konsep - konsep yang berkaitan dengan perbedaan individu dalam
organisasi, inamika kelompok, proses belajar dan proses perubahan guna mencapai
perbaikan kualitas.
2.2.2
Elemen Pendukung Dalam TQM
Elemen-Elemen Pendukung
Elemen
pendukung dalam total quality management
diantaranya sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan
dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
a) Pimpinan mendasarkan keputusan pada
data, bukan hanya pendapat saja.
b) Pimpinan merupakan pelatih, dan
fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
c) Pimpinan harus secara aktif terlibat
dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.
d) Pimpinan harus bisa membangun komitmen,
yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target
perusahaan yang jelas.
e) Pimpinan dapat membangun dan
memelihara kepercayaan
f) Pimpinan harus paham betul untuk
mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa
g) Aktif mengadakan kaderisasi melalui
pendidikan dan pelatihan yang terprogram
h) Berorientasi selalu pada pelanggan
internal/eksternal
i)
Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
j)
Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
k) Mau mendengar dan menyadari
kesalahan
l)
Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
m) Bersedia belajar kapan saja dan di
mana saja
2. Pendidikan dan Pelatihan
mendidik dan melatih
semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin
perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa
suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh
organisasi.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan
perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan
semacam ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau diperoleh
dari dalam organisasi itu sendiri.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu
ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh
karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan
dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan
para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
5. Ganjaran dan Pengakuan Tim
individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui
dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota
organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Jadi pada dasarnya karyawan
yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar
dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran Penggunaan data
hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan
proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap
orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi
yang diketahuinya berdasarkan data. Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu
tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam
memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya.
2.3
Mutu Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas
2.3.1
Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas
Pelayanan
kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta berkembangnya
kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992
menenkankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya di
tingkat puskesmas.
Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya
berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas,
adalah Organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas
guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.
Pelayanan adalah usaha, upaya atau kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan sesuai profesi keahlian masing-masing. Pengabdian
adalah pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagi wujud aktualisasi
(pengembangan kemampuan diri) dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat. Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan
mengarahkan opini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam menunjang pola
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Preventif adalah usaha untuk melakukan
pencegahan terhadap risiko penularan penyakit dan penyebaran penyakit yang
berpotensi menular atau menimbulkan wabah penyakit. Kuratif adalah upaya dalam
pengobatan dan penanganan penyakit yang telah diduga dan didiagnosis
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang. Administrasi adalah suatu
kegiatan pelayanan ketatausahaan, seperti: pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan hasil kegiatan, yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijakan
program untuk mencapai tujuan organisasi. Evaluasi adalah sebuah kegiatan penilaian,
pengawasan dan pengamatan yang dilakukan secara berkelanjutan melalui rapat
pertemuan untuk menentukan hasil program pelayanan kesehatan dan penetapan
kebijakan program selanjutnya. Koordinasi adalah kegaiatan mengatur pelayanan
kesehatan, dan menggalang kerjasama tim, secara horizontal, lintas program
(dalam unsur pelayanan) maupun vertikal, lintas sektoral, (dengan institusi
lainnya) sehingga program, peraturan dan penentuan tindakan yang akan
dilaksanakan bisa saling mendukung pencapaian target pelayanan.
Pelayanan
Kesehatan di taraf Puskesmas saat ini masih sering dikeluhkan oleh masyarakat.
hal-hal yang sering dikeluhkan adalah:
a. Petugas tidak ramah
Petugas yang selalu marah marah
begitu ada pasien, yang datang. administrasi yang lama, petugas yang sering
terlambat dan pulang cepat, selalu menjadi keluhan masyarakat. yang menyebabkan
masyarakat sering berobat ke pengobatan alternatif, dengan biaya yang tidak
terlalu mahal, namun hati pasien bisa jauh lebih nyaman.
b. Obat yang ala kadarnya
Tak asing lagi jika masyarat
mengeluh masalah ini. obat demam dikasi pil dan tablet yang sama dengan obat
gatal. sisanya jika ingin obat yang lebih bagus lagi, masyarakat harus membeli
di apotek.
c. Dokter tidak ada
Untuk puskesmas yang ada di ibukota
provinsi justru dokter ada banyak bahkan ada yang sampai spesialis. namun
di pedalaman, kabupaten, dan daerah daerah yang jauh dari kota, dokter sangat
langka. hanya ada pada jam jam tertentu atau pada hari hari tertentu. padahal
sakit gak bisa dijadwalkan kan? apalagi kalau dokternya tidak tentu.
Padahal Tolak
ukur bagi puskesmas agar bisa dikatakan ideal, , yaitu jika memiliki dua dokter
umum, satu dokter gigi, dua perawat, dan tiga orang bidan.
2.3.2
Apa yang Perlu Diperbaiki Dari Puskesmas?
1. Paradigma
Masyarakat
Puskesmas
pada dasarnya memiliki lebih banyak tugas untuk melakukan preventif (pencegahan)
daripada kuratif (pengobatan). ini lah yang harus segera
dibenahi. lakukan upaya upaya promotif oleh tenaga puskesmas, jika masyarakat
tidak mau menggunakan puskesmas sebagai sarana peningkatan derajat kesehatan.
’petugas puskesmaslah yang harusnya menjemput bola’
2. SDM Tenaga
Puskesmas Di Tingkatkan
Yang harus
diperbaiki adalah bagaimana melayani masyarakat dan memberikan yang terbaik
bagi masyarakat karena para tenaga kesehatan yang berada di puskesmas adalah
abdi negara yang tugasnya mengabdikan diri kepada masyarakat juga. paling
tidak petugas harus belajar ramah, on
time, dan belajar senyum
3. Penyediaan
Obat Dan Dokter
Meskipun
sebagian besar tugas puskesmas adalah pencegahan, namun sebagian besar
masyarakat masih menggunakan puskesmas sebagai tempat berobat. bukan hanya
karena biayanya yang murah, namun juga karena puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan pratama yang langsung menjangkau masyarakat. Oleh karena itu,
keberadaan dokter dan obat yang bermutu sangat penting di puskesmas.
4. Petugas Puskesmas Harus Terjun Ke
Masyarakat
Petugas
puskesmas harus terjun, mengawasi, melihat dan memperbaiki kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya. jadi petugas tidak hanya berada dalam kantor puskesmasnya
saja. ada baiknya jika petugas yang menjemput bola.
2.4
Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit
2.4.1
Konsep Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi
yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh
pasien (American Hospital Association,
1974; dalam Azwar, 1996). Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992)
dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan
bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang
tidak terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan
pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar rumah sakit.
Batasan pengertian rumah sakit di
atas, menunjukkan bahwa fungsi kegiatan rumah sakit sangat bervariasi, sesuai
dengan perkembangan zaman. Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai
tempat penyembuhan penyakit, tempat pengasuhan, tempat pelayanan, pendidikan
dan penelitian sederhana, dan bersifat sosial. Dewasa ini, rumah sakit
fungsinya berkembang sesuai dengan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, antara lain; sebagai pengembangan pendidikan dan penelitian,
spesialistik/subspesialistik, dan mencari keuntungan.
Implikasinya adalah setiap rumah
sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya
dalam semua aspek pelayanan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik agar
efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud.
2.4.2
Bagaimana Pelayanan di Rumah Sakit
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu
bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
(Suparto, 1994)
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik dan
berkualitas. Manajemen rumah sakit harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam
hal ini masyarakat dengan berbagai tingkat kebutuhannya.
Sebuah rumah sakit didirikan dan dijalankan
dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis atau non medis, dan tindakan diagnosis
lainnya yang dibutuhkan oleh masing-masing pasien dalam batas-batas kemampuan
teknologi dan sarana yang disediakan di rumah sakit (Wijono, 1999).
Disamping itu rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan
teknologi kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit
sesuai dengan tingkat rumah sakitnya.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah
kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,
pelayanan administrasi, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik
dan penunjang medik.
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk
pelayanan kesehatan, baik dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari
jenis pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok.
Syarat pokok yang dimaksud adalah:
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat
yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut
harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan.
2. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah
dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik
adalah mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah
mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini
termasuk dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini
harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu.
Pengertian yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Dalam upaya pelayanan di rumah sakit, maka pasien yang
memperoleh jasa pelayanan memiliki harapan tertentu. Bila jasa rumah sakit yang
diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dalam waktu
ke waktu tumbuh pemikiran dalam diri pasien bahwa inilah suatu jasa pelayanan
rumah sakit yang efektif dan memiliki mutu.
2.4.3
Penilaian Mutu Dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit
Untuk melihat tingkat keberhasilan
pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari berbagai aspek, Dep.Kes. RI (1999)
antara lain:
a. pemanfaatan sarana pelayanan
b. Mutu pelayanan
c. Tingkat efesiensi pelayanan
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
mutu pelayanan dan efesiensi pelayanan rumah sakit diperlukan berbagai
indikator agar informasi yang ada dapat dijadikan sebagai acuan yang bermakna
ada parameter yang dipakai sebagai pembanding antara fakta dan standar.
Penilaian terhadap mutu pelayanan
dilahirkan oleh perbandingan antara apa yang seharusnya diterima (expectation), sebagaimana yang pernah
dirasakan dengan kinerja mutu pelayanan yang diterima (performance) dalam Kadir, 2000. Dari perbandingan tersebut maka
mutu pelayanan pada prinsipnya adalah derajat atau tingkatan yang membedakan
antara pengalaman menerima atau pelayanan dibandingkan dengan mutu pelayanan
yang diterima.
Rumah sakit di Indonesia yang semula
adalah bersifat sosial, dalam proses selanjutnya mengalami perubahan menjadi
badan usaha yang bersifat sosial ekonomi, sebagai satu badan usaha rumah sakit
harus menciptakan dan memperhatikan para pelanggannya. Dengan memahami
pelanggannya maka organisasi akan bertahan hidup dan meningkatkan
keuntungannya. Hampir semua aktivitas dalam rumah sakit di Indonesia
sekarang ini banyak diarahkan kepada program-program untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Dari yang telah diuraikan suatu
penilaian yang dapat dilihat bahwa persepsi tentang mutu pelayanan dilahirkan
suatu penilaian yang menyeluruh (global judgment) berdasarkan pengalaman
yang diperoleh pasien, antara lain pengalaman dalam kontak jasa melalui
services encounters (moment of truth) the evidence of service, image and
price. Kemudian dibandingkan dengan pelayanan yang diterimanya. Pengalaman
tersebut menjadi pembanding yang pada akhirnya menentukan tingkat efektivitas
dari pelayanan.
Secara umum untuk menilai mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka indikator yang digunakan untuk
mencakup kepuasan pelayanan kesehatan yang dirasakan pasien. Menurut Jacobalis
(1982) pada umumnya nilai mutu pelayanan kesehatan mencakup 4 (empat) hal
pokok, yakni:
a. Kesejahteraan pasien
Kesejahteraan pasien biasanya dihubungkan dengan perasaan
senang dan aman, cara dan sikap serta tindakan tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan. Dengan kata lain, kesejahteraan pasien dihubungkan dengan
kualitas pelayanan kedokteran atau kualitas pelayanan keperawatan. Selain itu, dihubungkan
dengan fasilitas yang memadai, terpelihara dengan baik, sehingga segala macam
peralatan yang digunakan selalu dapat berfungsi dengan baik.
b. Kenyamanan dan kondisi kamar
Kenyamanan pasien merupakan salah satu variabel yang
digunakan untuk dapat terselenggaranya pelayanan yang bermutu. Suasana tersebut
harus dapat dipertahankan, sehingga pasien merasa puas (nyaman) atas pelayanan
yang diberikan. Tetapi yang terpenting adalah sikap dan tindakan para pelaksana
terutama dokter dan perawat ketika memberikan pelayanan kesehatan. Demikian
pula kondisi kamar pasien merupakan aspek yang dapat memberikan kenyamanan dan
ketenangan serta kepuasan pasien selama dirawat di rumah sakit.
c. Keadaan ruang perawatan
Keadaan ruang perawatan akan
mempengaruhi tanggapan pasien dari keluarganya tentang mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan di rumah sakit. Oleh karena itu, pada setiap unit perawatan
seyogyanya terdapat sarana atau fasilitas yang menunjang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, disertai pemeliharaannya agar selalu dapat berfungsi
dengan baik.
d. Catatan atau rekam medik.
Pengertian catatan rekam medik di Indonesia mengacu pada
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749 Tahun 1989, yang menyatakan bahwa rekam
medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan (Siswati, 2000).
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
tercermin segala informasi yang menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan
dasar dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam pelayanan kesehatan maupun
tindakan medik lain yang diberikan kepada pasien yang akan datang ke instansi
penyedia layanan kesehatan (rumah sakit).
2.4.4
Bagaimana Potret Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) di
Indonesia
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua
orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang
sama di mata masyarakat.Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya
pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang menggambarkan
betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di negeri ini. Seolah-olah pelayanan
kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki dompet tebal.
Sementara orang-orang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan
proporsional. Orang-orang miskin sepertinya tidak boleh sakit.
Tidak dapat
dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit
sering menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh
pendidikan kedokteran itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari
mahalnya pendidikan yang harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup
sehat itu dengan nominal yang luar biasa. Mungkin paradigma awal ketika
seseorang memilih jalan hidupnya sebagai seorang dokter mengalami disorientasi.
Pengabdian kepada masyarakat dan bangsa bukanlah menjadi faktor yang
mendominasi keinginan seseorang menjadi dokter. Ada faktor-faktor
komersialisasi yang terkadang melandasi seseorang dalam menempuh jalur
kedokteran sebagai pilihannya. Tulisan ini bukan dibuat untuk mendiskreditkan
seorang dokter, sama sekali tidak. Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia.
Dokter merupakan posisi yang menjadikan seseorang dapat lebih menghargai
kehidupan. Substansinya adalah dewasa ini gambaran seorang dokter yang terjadi
di Indonesia merupakan sebuah komersialisasi pekerjaan bukan pelayan kesehatan.
Seandainya paradigma-paradigma yang mengalami disorientasi tersebut dapat
diluruskan maka posisi seorang dokter akan kembali pada tingkatan yang mulia.
Pelayanan
kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang
dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah.
Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan. Belum lagi
perawat di rumah sakit sering malas-malasan jika bekerja. Salah seorang pernah
berkata bahwa rumah sakit di Jepang tidak menyediakan fasilitas hiburan seperti
televisi bagi para pegawai rumah sakit. Dengan demikian kondisi kerja akan jauh
lebih kondusif karena konsentrasi tidak akan terpecah antara urusan pekerjaan
dan hiburan. Sementara di Indonesia keberadaan televisi bagi pegawai rumah
sakit adalah sebuah keniscayaan. Sebenarnya kondisi ini dapat merusak
produktivitas kerja. Meskipun selalu ada pembenaran bahwa profesionalisme
selalu dijunjung tinggi dalam menjalani profesi. Tidak jelas kevalidan wacana
tersebut, namun tampaknya melihat kondisi rumah sakit yang ada di Indonesia
dengan pelayanannya, wacana tersebut ada benarnya terlepas dengan kondisi yang
ada pada rumah sakit di Jepang.
2.5 Kasus Pelayanan UGD Sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Di Ibukota Sebuah Kabupaten
Pasien Ny. Jumaidah (20 tahun),
tanggal 22 Juli 2007 jam 04.45 WIB datang ke UGD RSUD dengan keluhan : hamil 9
bulan, mules-mules, ketuban sudah pecah di rumah. Diperiksa dokter jaga di UGD,
kesimpulan : Pasien sudah dalam proses persalinan (inpartu). Saat itu UGD
sangat sibuk; fasilitas tempat di UGD terbatas; kamar bersalin sedang penuh.
Pasien menolak untuk dirujuk ke RS lain (swasta), dengan alasan biaya; pasien
mengaku tidak mampu, tetapi tidak memiliki surat keterangan tidak mampu seperti
ASKESKIN, JAMKESMAS atau sejenisnya. Tanpa didampingi perawat, dengan dituntun
suami, pasien berjalan ke Kamar bersalin, yang berada pada jarak 30 meter dari
UGD. Dalam perjalanan, pasien mendadak merasa mules hebat, jatuh terkulai
dilantai, mengejang kuat sehingga bayi lahir spontan. Kebetulan saat itu lewat seorang
perawat yang segera memberikan pertolongan, bayi dibersihkan mulut dan
hidungnya, dan bayi segera menangis kuat. Salah seorang perawat lain memanggil
bidan jaga dari kamar bersalin, yang segera datang dan memotong tali pusat dan
melahirkan placenta. Selanjutnya ibu dan bayi dibawa ke kamar bersalin, dan
mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Keadaan ibu pasca melahirkan baik,
jalan lahir utuh (tidak ada robekan), perdarahan berhenti. Bayi normal,bb 2800
kg, panjang badan 48 kg. Sehari sesudah melahirkan ibu dan bayi diperbolehkan
pulang dalam keadaan baik.
Bayi diberi nama : MAWAR (lahir di lantai).
Esok harinya, hampir semua surat kabar lokal memuat berita
tersebut yang cukup membuat heboh masyarakat ibu kota Kabupaten tersebut.
Ternyata ayah Mawar adalah seorang wartawan surat kabar lokal di kota tersebut!
2.5.1
Persoalan
Kasus diatas merupakan kasus yang
seharusnya tidak boleh terjadi di sebuah Rumah Sakit. Analisa dan buat
penilaian mengenai peristiwa ini, hal-hal apa yang perlu dipertanyakan dalam hal
peristiwa ini, secara sistematis:
- Pelayanan UGD untuk pasien kebidanan di RS
- Kondisi pasien saat datang di UGD
- Tingkat sosial ekonomi pasien, apakah pasien menjalani prenatal care ? dimana ?, dsb
- Keadaan di UGD saat itu sedang ekstra sibuk
- Fasilitas UGD, sarana/prasarana dan SDM-nya
- Seberapa jauh pimpinan RS turut bertanggungjawab menghadapi keadaan ini
- Secara makro kejadian ini menggambarkan adanya sesuatu yang tidak beres dalam hal organisasi & manajemen dari RS ini. Apa kira-kira inti dan akar permasalahannya?
2.5.2
Analisis Kasus
1. Pelayanan UGD Untuk Pasien Kebidanan
Di R.S
Kasus
kegawat daruratan kebidanan memerlukan penanganan segera. Pelayanannya harus khusus
karena situasinya gawat dan darurat, agar pasien bisa tertolong. Karena itu
rumah sakit membuka Unit Gawat Darurat (UGD) atau Instalasi Gawat Darurat
(IGD). Standar minimal petugas gawat darurat, terdiri seorang dokter yang
selalu siaga di tempat dengan 4-5 orang perawat / bidan di tambah dokter
konsulen. Untuk dokter konseling hanya jika dibutuhkan. Semua yang bertugas di
gawat darurat baik dokter maupun perawat harus bersertifikat memiliki keahlian
mampu menangani gawat darurat jantung dan gawat darurat trauma dan
lain-lainnya. Komposisi 1 dokter dengan 4 perawat ini merupakan standar minimal.
Jika keadaannya gawat, semakin banyak petugasnya semakin baik. Jadi
jika Instalasi Unit Gawat Darurat Rumah Sakit tersebut memang sudah kewalahan
dalam menangani pasien kegawat daruratan, sebaiknya pihak manajemen Rumah Sakit
perlu segera mengadakan perubahan manajemen di Instalasi Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit tersebut
.
2. Kondisi Pasien Saat Datang Di UGD
Pasien dalam keadaan inpartu tetapi
di UGD tidak ada bidan hanya ada dokter jaga dan perawat yang sibuk. Pada saat
itu juga UGD sangat sibuk dan fasilitas tempat di UGD juga terbatas serta kamar
bersalin sedang penuh, sehingga pasien tidak terpantau. Seharusnya Instalasi
Unit Gawat Darurat Rumah Sakit tersebut sudah selayaknya mempunyai ruang
Triase, dimana jika memang harus ditangani sesegera mungkin seperti ibu yang
akan melahirkan, seharusnya dapat ditolong persalinannya pada ruang triase
tersebut
3. Tingkat Sosial Ekonomi Pasien,
Apakah Pasien Menjalani Prenatal Care ? Dimana ?
Pasien tergolong tidak mampu
seharusnya masuk jamkesmas / SKTM dan sudah terdata oleh Puskesmas di wilayah
tinggal pasien dan pasien menolak untuk dirujuk ke RS lain (swasta), pasien
mengaku tidak mampu, tapi tidak memiliki surat keterangan tidak mampu,
ASKESKIN, JAMKESMAS atau sejenisnya, bila pasien memang tidak mampu, seharusnya
pasien mempunyai kartu JAMKESMAS atau minimal surat keterangan tidak mampu dan
biasanya pasien yang tidak mampu dan memerlukan pertolongan segera (dalam kasus
ini pertolongan kegawat daruratan kebidanan) perlu didampingi oleh bidan /
kader yang selama ini memantau kehamilannya. Seharusnya juga pihak medis
Instalasi Unit Gawat Darurat Rumah Sakit tersebut melihat kondisi pasien yang
sudah dalm keadaan inpartu, tidak begitu saja menyarankan pasien untuk dirujuk,
tetapi harus melihat apakah pasien tersebut tidak bermasalah dalam perjalanan
ke Rumah Sakit Swasta atau apakah pihak Rumah Sakit dalam merujuk pasien
disediakan fasilitas dalam merujuk (Ambulance, perawat / bidan yang mendampingi
di dalam ambulance)
4. Keadaan UGD Pada Saat Itu Sedang
Ekstra Sibuk
Sibuk ruangan tersebut seharusnya
ada sistem yang mampu mengatur tingkat kesibukan di UGD tersebut antara lain :
- Terselenggaranya jumlah SDM yang memadai
- Ketersediaan fasilitas pelayanan yang optimal
- Adanya sistem yang terintegrasi agar para aktor yang berperan dapat menjalani pekerjaan yang seharusnya dilakukan
- Tempat sangat menentukan lalu lintas pekerjaan yang kondusif
5. Fasilitas UGD, Sarana/Prasarana Dan
SDM
Peningkatan angka kunjungan ini jika
tidak disertai dengan pembenahan UGD baik dari sisi manajemen maupun sarana dan
prasarana, tentu akan mempengaruhi mutu pelayanan yang akan diberikan kepada
pasien. Ditambah lagi dengan tingginya iklim kompetisi dalam bidang pelayanan
kesehatan di sekitar rumah sakit. UGD juga merupakan ujung tombak pelayanan RS
yang melibatkan semua instalasi dan unit lainnya dari rumah sakit, dengan
demikian pelayanan yang terdapat di UGD akan mencerminkan pelayanan di dalam
RS. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka pengembangan UGD mutlak diperlukan.
Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok yaitu :
- Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi
- Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
- Perencanaan kebutuhan SDM untuk bencana
6. Seberapa Jauh Pimpinan Rumah Sakit Harus
Bertanggung Jawab Menghadapi Keadaan Ini
Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan
kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus
medik legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang
terkait dengan permasalahan ini. Keberlangsungan pelayanan sesuai standar akan
menjadi tanggungan pimpinan di RS, pimpinan yang baik itu harus melakukan
pembinaan terhadap petugas, dalam hal ini petugas medis dan paramedis yang
bertugas di UGD Rumah Sakit tersebut, pimpinan wajib mempunyai pengaruh
terhadap keberlangsungan penyelenggaraan RS antara lain dengan mengeluarkan
kebijakan tentang manajemen pelayanan dari tingkat atas sampai tingkat bawah.
Hal yang paling terpenting adalah bagaimana mengemas koordinasi Pimpinan Rumah
Sakit dengan pengambil kebijakan seperti halnya tidak ada nya koordinasi
antara Pimpinan Rumah Sakit dengan Dinkes, Puskesmas dan
7. Secara Makro Kejadian Ini Menggambarkan Adanya
Sesuatu Yang Tidak Beres Dalam Hal Organisasi Dan Manajemen Dari R.S Ini, Apa
Kira-Kira Inti Dan Akar Permasalahannya?
Adalah seberapa jauh PEMDA mengatur
regulasi terhadap RS setempat dan Rumah sakit merupakan suatu institusi yang
komplek, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat karya yang multidisiplin
serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah. Namun rumah sakit selalu
konsisten tetap untuk menjalankan misinya sebagai institusi pelayanan sosial,
dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat banyak dan harus selalu
memperhatikan etika pelayanan. Konsekuensi logis diberlakukanya otonomi daerah,
pemerintah daerah harus siap menanggung beban dan tanggung jawab untuk mengatur
sumber dana dan daya yang ada, untuk melaksanakan pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat.
Sehingga dalam jangka panjang mampu
mewujudkan Good Governance, dalam jangka pendek mampu melaksanakan tugas
dan fungsi pemerintahan dalam rangka membangun dan memberi pelayanan umum di
daerah, serta mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan dan
pelayanan umum

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah di atas maka
kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar,
1996).
2.
kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous
improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu
).
3.
Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus,
pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
a. Visi manajemen dan komitmen
b. Tanggung jawab
c. Pengukuran umpan balik
d. Pemecahan masalah dan proses
perbaikan
e. Komunikasi
f. Pengembangan staf dan pelatihan
g. Keterlibatan tim kesehatan
h. Penghargaan dan pengakuan
i.
Keterlibatan dan pemberdayaan staf
j.
Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan
tanggung jawab.
k. Mengingatkan kembali dan
pemberdayaan
4. Nilai mutu pelayanan kesehatan
mencakup segala informasi yang menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan
dasar dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam pelayanan kesehatan maupun
tindakan medik lain yang diberikan kepada pasien yang akan datang ke instansi
penyedia layanan kesehatan.
3.2 Saran
Berdasarkan Isi dan Kesimpulan makalah
di Atas maka Saran Penulis yaitu:
1.
Kepada
penyedia pelayanan Kesehatan diharapkan dapat menjaga serta meningkatkan mutu
pelayanan sehingga dapat mencapai kepuasan pasien. 2.
2.
Kepada petugas kesehatan diharapkan dapat
menjalankan tugasnya sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan
3.
Kepada
Masyarakat diharapkan dapat mengetahui apa konsep dari mutu pelayanan agar
nantinya tidak ada perbedaan persepsi terkait dengan mutu pelayanan
4.
Kepada
mahasiswa diharapkan makalah ini bisa menjadi salah satu referensi terkait
materi mutu pelayanan kesehatan
5.
Kepada
pembaca diharapakan dapat menambah wawasan terkait mutu pelayanan kesehatan
DAFTAR
PUSTAKA
https://widiawan.wordpress.com/2010/01/20/kasus-pelayanan-ugd-sebuah-rumah-sakit-umum-daerah-di-ibukota-sebuah-kabupaten/
(Diakses Tanggal 15 September 2016)
https://www.scribd.com/doc/227842944/Manajemen-mutu-puskesmas
(Diakses Tanggal 15 September 2016)
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/04/mutu-pelayanan-kesehatan.html
(Diakses Tanggal 15 September 2016)
https://www.mysciencework.com/publication/download/cc09255b28ea14bff8e2f1164bb00cc4/c72f98277742fede23406c963cc6cb90
(Diakses Tanggal 15 September 2016)
http://lib.unnes.ac.id/20257/1/6411411220-S.pdf
(Diakses Tanggal 15 September 2016)
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/496/3d.pdf?sequence=1(Diakses
Tanggal 15 September 2016)
http://www.gudangmateri.com/2010/10/aturan-standar-mutu-pelayanan-kesehatan.html
(Diakses Tanggal 15
September 2016)
http://www.kompasiana.com/ikpj/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-total-quality-management-di-sekolah_54ff3f60a33311764c50f837
(Diakses Tanggal 15
September 2016)
terimakasih artikelnya sangat bermanfaat, izin share juga yaaa ^^
ReplyDeletehttp://fauziaherbal.com/obat-herbal-kolesterol/
http://fauziaherbal.com
http://mitoha-goldengamat.com/