BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam fenomena interaksi dan interelasi sosial antar
individu maupun antar kelompok, terjadinya konflik sebenarnya merupakan hal
yang wajar. Pada awalnya konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang
tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai
gejala alamiah yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana
cara mengelolanya. Oleh sebab itu, persoalan konflik tidak perlu dihilangkan
tetapi perlu dikembangkan karena merupakan sebagai bagian dari kodrat manusia yang
menjadikan seseorang lebih dinamis dalam menjalani kehidupan. Adanya konflik
terjadi akibat komunikasi yang tidak lancar, tidak adanya kepercayaan serta
tidak adanya sifat keterbukaan dari pihak-pihak yang saling berhubungan. Dalam
realitas kehidupan keragaman telah meluas dalam wujud perbedaan status, kondisi
ekonomi, realitas sosial. Tanpa dilandasi sikap arif dalam memandang perbedaan
akan menuai konsekuensi panjang berupa konflik dan bahkan kekerasan di
tengah-tengah kita.
Konflik
sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan,
disepelekan, tidak dihargai, dan ditinggalkan, karena kelebihan beban kerja atau
kondisi yang tidak memungkinkan. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat
memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam
melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas
kerja secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja
maupun tidak disengaja
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana manajemen konflik
dan negosisasi dalam organisasi?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan
rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan manajemen konflik dan negosiasi dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konflik
2.1.1
Definisi Konflik
Konflik
dapat berupa perselisihan (disagreement),
adanya ketegangan (the presence of
tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing.
Robbins
(1996: 1) dalam “Organization Behavior”
menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh
atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Menurut
Luthans (1981: 5) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan.
Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.Istilah konflik sendiri
diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan
permusuhan.
Perbedaan
pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan
beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin
mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke
arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan
aturan yang disepakati.
2.1.2
Ciri- Ciri
Konflik
Konflik
merupakan situasi yang wajar dalam masyarakat bahkan dalam keluarga tanpa
disadari juga mengalami konflik. Konflik sering dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Dalam
berorganisasi, ini sangat mungkin untuk terjadi adanya konflik baik individu
ataupun kelompok. Ciri-ciri terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
a.
Paling tidak ada dua pihak secara
perorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
b.
Saling adanya pertentangan dalam
mencapai tujuan.
c.
Adanya tindakan yang saling
berhadap-hadapan akibat pertentangan.
d.
Akibat ketidak seimbangan
Konflik di
dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor
Manusia dan perilakunya
a.
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena
gaya kepemimpinannya.
b.
Personil yang mempertahankan
peraturan-peraturan secara kaku.
c.
Timbul karena ciri-ciri kepribadian
individual, antara lain sikap egoistis, temperamental,
sikap fanatik, dan sikap otoriter.
d.
Semangat dan ambisi
e.
Berbagai macam kepribadian
Konflik muncul karena
adanya perbedaan yang sangat besar antar kepribadian setiap orang, yang bahkan
dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi. Sering muncul kasus di mana
orang-orang yang memiliki kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk
tidak begitu suka bekerjasama dengan orang lain, karena mereka menganggap prestasi
pribadi lebih penting, sehingga hat ini tentu mempengaruhi pihak-pihak lain
dalam organisasi tersebut.
2.
Faktor
Organisasi
a.
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya
Apabila
sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau
dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya.Ini merupakan
potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
b.
Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap
unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan
bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit
tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah
dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi
menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
c.
Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena
adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari
kelompok lainnya.
d.
Perbedaan nilai dan persepsi
Suatu
kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat
perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi
bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan
para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
e.
Kekaburan yurisdiksional.
Konflik
terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang
tumpang tindih.
f.
Masalah
“status”.
Konflik
dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan
status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang
mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
g.
Hambatan komunikasi.
Komunikasi
sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah menjadi basis
terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi seperti pedangbermata dua: tidak
adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi lain,
komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya konflik.
Sebagai contoh, informasi yang diterima mengenai pihak lain akan menyebabkan
orang dapat mengindentifikasi situasi perbedaan dalam hal nilai dan kebutuhan.
Hal ini dapat memulai konflik, sebenarnya dapat dihindari dengan komunikasi
yang lebih sedikit.
2.1.3
Jenis-Jenis
Konflik
Menurut
James A.F. Stoner dan Charles Wankel dalam Wirawan (2010: 22) dikenal ada lima
jenis konflik yaitu:
a) Konflik
Intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginanyang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus.
b) Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
c) Konflik
antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas,
yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat
dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai normanorma produktivitas kelompok dimana ia berada.
d) Konflik
antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe konflik
yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf,
pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
e) Konflik
antara organisasi.Contohnya seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat
dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini
biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata
telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan
servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih
efisien.
2.1.4
Proses
Konflik
Konflik
merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal, dan
melalui banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk
menggambarkan proses suatu konflik antara lain
menurut Luthans (2006: 140) sebagai berikut:
a). Antecedent Conditions or latent Conflict.
Merupakan kondisi yang
berpotensi untuk menyebabkan, atau mengawali sebuah episode konflik. Terkadang
tindakan agresip dapat mengawali proses konflik. Atecedent conditions dapat tidak terlihat, tidak begitu jelas di
permukaan. Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum tentu mengawali proses
suatu konflik Sebagai contoh,
tekanan yang didapat departemen produksi suatu perusahaan untuk menekan biaya
bisa menjadi sumber frustasi ketika manager penjualan ingin agar produksi
ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak. Namun demikian,
konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras memenuhi
keinginannya masing-masing. Disinilah dikatakan konflik bersifat laten, yaitu
berpotensi untuk muncul, tapi dalam kenyataannya tidak terjadi.
b). Perceived Conflict.
Agar konflik dapat
berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka dalam keadaan
terancam dalam batas-batas tertentu.Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak
dapat saja melakukan sesuatu yang
berakibat negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman.
Seperti dalam kasus dia atas, bila manager penjualan dan manager produksi
memiliki kebijaksanaan bersama dalam mengatasi masalah permintaan pasar yang
mendesak, bukanya konflik yang akan muncul melainkan kerjasama yang baik.
Tetapi jika perilaku keduanya menimbulkan perselisihan, proses konflik itu akan
cenderung berlanjut.
c). Felt Conflict.
Persepsi berkaitan
erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan adanya perselisihan
baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa
takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai diragukannya
kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap sebagai
ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan ancaman
tersebut.
d). Manifest Conflict.
Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi tersebut. Begitu banyak bentuk
reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan
agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah
yang konstruktif.
e). Conflict Resolution or Suppression.
Kedua belah pihak mungkin
mencapai persetujuan yang mengakhiri konflik tersebut. Mereka bahkan mungkin mulai mengambil langkah-langkah untuk
mencegah terulangnya konflik di masa yang akan datang. Tetapi terkadang terjadi pengacuan (suppression) dari konflik itu sendiri.Hal ini terjadi
jika kedua belah
pihak menghindari terjadintya reaksi yang keras, atau mencoba
mengacuhkan begitu saja ketika terjadi perselisihan. Konflik juga dapat
dikatakan selesai jika satu pihak berhasil mengalahkan pihak yang lain.
f). Conflict Alternatif.
Ketika konflik
terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang perasaan lega dan
harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat
menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat meminimasik
konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tetapi jika yang
tertinggal adalah perasaan tidak enak dan ketidakpuasan, hal ini dapat menjadi
kondisi yang potensial untuk episode konflik yang selanjutnya.Pertanyaan kunci
adalah apakah pihak-pihak yang terlibat lebih dapat bekerjasama, atau malah
semakin jauh akibat terjadinya konflik.
2.1.5
Akibat-Akibat
Dampak
konflik dalam kehidupan masyarakat adalah meningkatkan solidaritas sesama
anggota masyarakat yang mengalami konflik dengan masyarakat lainnya dan mungkin
juga membuat keretakan hubungan antar masyarakat yang bertikai. Konflik dapat
berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik
tersebut.
a.
Akibat
negatif
•
Menghambat komunikasi.
•
Mengganggu kohesi (keeratan hubungan)
•
Mengganggu kerjasama atau “team work”.
•
Mengganggu proses produksi, bahkan dapat
menurunkan produksi.
•
Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
•
Individu atau personil mengalami tekanan
(stress), mengganggu konsentrasi,
menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
b.
Akibat Positif dari konflik:
•
Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
•
Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
•
Melakukan adaptasi, sehingga dapat
terjadi perubahan dan perbaikan dalam sistem dan prosedur, program, bahkan
tujuan organisasi.
•
Memunculkan keputusan-keputusan yang
bersifat inovatif.
•
Memunculkan persepsi yang lebih kritis
terhadap perbedaan pendapat.
2.1.6 Manajemen (Penyelesaian) Konflik
Manajemen konflik adalah cara yang digunakan individu
untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang
lain yang terjadi di dalam kehidupan
Mengatasi
dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya
suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot
atau tingkat konflik tersebut. Langkah langkah yang harus dilakukan sebelum
menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut:
a.
Usahakan memperoleh semua fakta mengenai
keluhan itu,
b.
Usahakan memperoleh dair kedua belah pihak,
c.
Selesaikan problema itu secepat mungkin.
Menurut
Wahyudi (2006: 15), untuk menyelesaikan konflik ada beberapa cara yang harus dilakukan
antara lain:
1.
Disiplin
Mempertahankan
disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Seseorang harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan
yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2.
Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan
Konflik
dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya.
3.
Komunikasi
Suatu
komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif.
Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah
dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari
yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan
secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan
bahwa penerimaan seseorang telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat
merumuskan kembali seseorang dengan tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Sedangkan dalam penanganan konflik,
ada lima tindakan yang dapat kita
lakukan diantaranya:
1.
Berkompetisi
Tindakan
ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain.
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan
keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita
sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan terjadi disini.
Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan – bawahan,
dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas
kepentingan bawahan.
2.
Menghindari konflik
Tindakan
ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara
fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang
terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik
bisa dilakukan jika
masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan
suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi
jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah
satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan
persoalan tersebut.
3.
Akomodasi
Yaitu
jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak
lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini
dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita
ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara
kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
4.
Kompromi
Tindakan
ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut
sama–sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak
akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang
(win-win solution)
5.
Berkolaborasi
Menciptakan
situasi menang-menang dengan saling bekerja sama.
2.2
Negosiasi
2.2.1
Definisi Negosiasi
Negosiasi
atau perundingan adalah proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan
tawar menawar. Seseorang berunding untuk menyelesaikan perselisian, mengubah
perjanjian atau syarat-syarat, atau menilai komoditi atau jasa, atau
permasalahan yang lain. Agar perundingan berhasil, masingmasing pihak harus
sungguh-sungguh menginginkan persetujuan yang dapat ditindaklanjuti, dan
sebagai perjanjian jangka panjang. Karena tidak ada gunanya sebuah persetujuan
apabila tidak dapat diterapkan atau dilaksanakan.
Apabila hal
itu terjadi maka para perunding (negosiator) yang merupakan wakil-wakil dari
suatu pihak yang berkepentingan akan kehilangan kredibilitas dan wibawa.
Perunding harus melakukan beberapa fungsi yang membutuhkan ketrampilan. Mereka
harus dapat membuat rencana dan tujuan yang matang. Alasan yang berkaitan
dengan setiap pokok persoalan perundingan harus disiapkan seolah olah pihak
lain tidak ada. Setiap argument harus lengkap dan bila diperlukan harus
disiapkan data pendukung yang valid/sah. Perunding harus cukup luwes untuk
memperdebatkan alasan-alasan dalam konteks dan sesuai dengan prioritas yang
akan dirundingkan dengan pihak lain. Perunding yang baik akan tahu bagaimana
menanggulangi konflik. Menganggap remeh suatu konflik akan menimbulkan posisi
kritis yang menuju ke pemenuhan tuntutan dan akhirnya menyerah.
Dengan kata
lain bahwa negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dua
pihak/kelompok atau lebih dengan cara berunding untuk mencapai persetujuan yang
sesuai dengan karakteristik tertentu melalui beberapa tahapan yang saling
bertentangan satu sama lain
Tanpa memperdulikan keadaan atau
kelompok yang terlibat, negosiasi paling tidak mempunyai 4 elemen, yaitu :
1.
Ada beberapa perselisihan atau
pertentangan.
2.
Ada beberapa tahap saling
ketergantungan diantara kelompok.
3.
Situasinya harus kondusif untuk
mendapatkan kesempatan berinteraksi. Itu artinya bahwa setiap pihak/kelompok
ingin tahu dan cenderung untuk saling mempengaruhi kelompok lainnya.
4.
Ada beberapa kemungkinanuntuk
sepakat. Jika elemen-elemen tersebut diatas tidak ada, maka tentu saja
negosiasi tidak mambawa hasil yang positif.
Pada saat negosiasi tersebut
berhasil, maka setiap kelompok merasa diuntungkan dari hasil tersebut.
Sebaliknya jika mereka gagal, maka konflik tersebut akan meningkat.
2.2.2.
Strategi
Negosiasi
Seni
dan ketrampilan negosiasi adalah tercapainya suatu hasil perundingan untuk
jangka panjang dan diharapkan tidak mudah untuk diubah dalam waktu singkat.
Oleh karena itu diusahakan sebelum perundingan, sudah harus dilakukan
pertukaran informasi yang akan dibahas.
Langkahlangkah perundingan sebagai berikut :
1.
Perkenalan
Bersikaplah
ramah terhadap pihak lain dan ciptakan suasana yang santai dan tidak tegang.
2.
Peninjauan umum
Jelaskan
keinginan serta sasaran yang akan dicapai dari kedua belah pihak. Sebutkan
setiap perbedaan yang ada atau harapan yang ada di masingmasing kedua belah
pihak/posisi masingmasing.
3.
Latar
Belakang
Tinjaulah
catatan kegiatan yang ada sebelum perundingan, jika ada interpretasi/tafsiran
yang berbeda mengenai persoalan yang akan dibahas, maka luruskanlah
perbedaanperbedaan tersebut.
4.
Penjabaran Pokokpokok Persoalan
Uraikan
secara terinci apa yang ingin anda pecahkan/rundingkan, jika mungkin mulailah
dengan persoalan yang kemungkinan akan mendapatkan persetujuan. Hubungkan
pokokpokok persoalan yang ada, jika memungkinkan pecahkan persoalan yang lebih
mudah dahulu atau pemecahan persoalan yang sekaligus menjawab pokok persoalan
yang lain.
5.
Rundingkan Persoalan
Mulailah
dengan mengajukan apa yang anda inginkan dan sebaliknya.
Karena kedua belah pihak ingin mendapatkan
sebanyak mungkin informasi agar menemukan solusi atau pemecahan masalah dengan
baik. Dalam hal ini tentu akan timbul
konflik kepentingan yang tidak bisa dihindari.
6.
Kompromi
Agar
kita mendapatkan sesuatu, tentu kita harus memberikan pula sesuatu kepada pihak
lain sebagai imbalannya. Jika kompromi sulit tercapai, maka beralihlah ke
situasi meminta bantuan orang lain yang dianggap dapat menjembatani pemecahan
persoalan tersebut.
7.
Penyelesaian
Jika
persetujuan sudah disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah dokumentasi
dengan baik atau nota persetujuan bersama dan ditandatangai bersama.
Strategi Negosiasi adalah sebagai berikut (Kreitner
& Kinicki, 2001 : p.466)
·
Distributive
Negotiation
menyangkut
kepentingan yang sama dari pihak yang bernegosiasi, dimana keuntungan satu
pihak adalah kerugianpihak lain. Dasar negosiasi adalah Win-lose thinking: “ what is good for the other side must be bad for us
·
Integrative
negotiation
Integrative
atau value–added negotiation lebih mengarah kepada progressive win-win strategy. team-team
negosiasi yang terlatih baik dapat mencapai hasil yang memuaskan bagi kedua
belah pihak. Keberhasilan integrative negotiation sangat
tergantung kepada kualitas dari informasi yang dipertukarkan.
Hasil dari
suatu negosiasi belum tentu memuaskan semua pihak, namun demikian hal tersebut
adalah kenyataan yang harus bisa diterima oleh para negosiator/perunding.
1.
Negosiasi MenangKalah (WinLose
Negotiating)
Ketika
sebuah kelompok menginginkan menang dan tentu saja kelompok lainnya akan
dikalahkan. Contohnya; seperti orang membeli mobil, maka ia harus membayar
kepada penjualnya yang kebetulan perlu uang segera. Maka sebagai pembeli anda
dapat dikatakan sebagai pihak yang menang karena dapat membeli mobil tersebut,
maka penjual mobil disebut sebagai pihak yang kalah.
2.
Negosiasi Menangmenang (Winwin Negotiating)
Secara
sederhana perundingan tersebut berarti bahwa telah terjadi kesepakatan yang
disetujui oleh kedua belah pihak dengan saling menguntungkan. Pendekatan
menangmenang lebih disukai dari pada pendekatan menangkalah.
Pertanyaannya
adalah mengapa harus ada pihak sebagai pemenang dan ada pihak sebagai yang kalah
dari pada keduanya menjadi pemenang. Pada kenyataannya bagaimanapun juga, tidak
setiap situasi negosiasi memberikan hasil yang diharapkan.
2.2.3
Negosiasi
Pihak ke-3
·
Mediator
pihak ketiga netral yang memfasilitasi penyelesaian
perundingan dengan menggunakan penalaran dan persuasif, menyarankan alternatif.
·
Arbitrator
adalah pihak ketiga yang mempunyai wewenang memaksakan
kesepakatan. Arbitrasi dapat bersifat sukarela atau wajib. Arbitrasi selalu
menghasilkan penyelesaian.
·
Perujuk
merupakan pihak ketiga terpercaya yang berperan
sebagai penghubung komunikasi informal antara perunding dengan lawannya.
·
Konsultan
adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak berat
sebelah yang berupaya memudahkan pemecahan masalah melalui komunikasi dan
analisis, yang dibantu dengan pengetahuannya mengenai manajemen konflik. Ia
lebih menekankan pada perbaikan hubungan antara pihak berkonflik sehingga dapat
mencapai penyelesaian sendiri.
2.2.4
Sepakat
untuk Tidak Sepakat
Negosiasi
tidak selalau berakhir dengan kesepakatan. Kedua belah pihak mungkin saja sepakat
untuk tidak sepakat. Yang penting, negosiasi melibatkan persuasi untuk mencapai
suatu maksud kompromi yang konstruktif. Melalui persuasi, Anda mendorong dan
berusaha untuk meyakinkan pihak lain untuk menerima hal-hal yang Anda ingin
mereka terima. Kompromo yang konstruktif artinya menyesuaikan posisi Anda
sebagai tanggapan atas kurangnya keinginan pihak lain untuk menerima proposal
atau usulan Anda. Kompromi ini adalah kebalikan dari perundingan posisional,
dimana salah satu pihak dengan kerasnya mempertahankan suatu rangkaian posisi
dan menolak untuk berkompromi atau menyesuaikan disi sebagai tanggapan atas
suatu argumentasi atau ajakan yang persuasif.
Untuk menghindari dan menjawab kata
“tidak” dari pihak lawan, ikuti empat langkah berikut :
·
Gunakan Metode Socrates. Asumsikan
bahwa jawaban “tidak” itu dengan maksud “belum saatnya”, terutama untuk
negosiasi awal. Dengan asumsi ini, maka Anda harus berfikir tidak ada kata
“ditolak” dalam setiap ide yang bakal Anda sampaikan. Konsep ini mungkin
seperti anak kecil yang sering meminta sesuatu ke Anda yang pasti anda tidak
bisa menerima katakata “tidak”. Nah bila Anda bisa memenangkan negosiasi, Anda
bakalan menjadi negosiator ulung. Gunakan Berbagai Perspektif. Orang memang
akan mengeluarkan katakata “tidak”
bila dirasa keinginannya tidak terpenuhi. Nah dari kalimat inilan Anda mungkin
bisa menggali makna itu. Jadi, kenalkan lebih dulu ide Anda sebaik mungkin,
termasuk bagaimana cemerlangnya ide - ide itu serta apa hasilnya bila
diterapkan. Anda juga bisa mengungkapkannya dengan banyak cara mulai presentasi
yang cermat, serta mengambil hasil-hasil empirik dari ide-ide cemerlang itu.
Yang pasti, jadkanlah katakata “tidak” tadi menjadi “iya”.
·
Pecahkan Masalah Bersamasama.
Sekali mereka Anda ada tandatanda tertarik, jangan siasiakan kesempatan itu.
Ajaklah terus secara bersamasama memecahkan persoalan tadi, bahkan kalau perlu
jangan segan-segan mencari solusi terbaik tentang kemungkinan diterimanya ide-ide
itu. Dengan melakukan kerja sama serius, kemungkinan ide itu akan diterima
menjadi sangat besar.
·
Kepung Lawan dengan Data Dan Fakta
Akurat. Bila Anda sudah berusaha dengan semaksimal mungkin tetapi tetap
jawabannya “tidak”, maka ada baiknya Anda memberikan ide-ide alternatif, yang
barangkali lebih pas dan cocok. Cara seperti ini, bukan berarti Anda gagal
dalam menyampaikan ide-ide tadi. Tapi, semua itu sudah membuktikan bawa Anda
ternyata tidak hanya terpaku dalam satu konsep saja. Dengan memberikan
alternatif, bisa saja diakomodasikan beberapa ide baru yang masuk. Jadi, tidak
ada istilah ide ditolak, yang penting negosiasi dulu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut
Luthans (1981: 5) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan.
Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.Istilah konflik sendiri
diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan
permusuhan.
Ciri-ciri
terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
e.
Paling tidak ada dua pihak secara
perorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
f.
Saling adanya pertentangan dalam
mencapai tujuan.
g.
Adanya tindakan yang saling
berhadap-hadapan akibat pertentangan.
h.
Akibat ketidak seimbangan
Dampak
konflik dalam kehidupan masyarakat adalah meningkatkan solidaritas sesama
anggota masyarakat yang mengalami konflik dengan masyarakat lainnya dan mungkin
juga membuat keretakan hubungan antar masyarakat yang bertikai. Konflik dapat
berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik
tersebut.
Negosiasi
atau perundingan adalah proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan
tawar menawar. Seseorang berunding untuk menyelesaikan perselisian, mengubah
perjanjian atau syarat-syarat, atau menilai komoditi atau jasa, atau
permasalahan yang lain. Agar perundingan berhasil, masingmasing pihak harus
sungguh-sungguh menginginkan persetujuan yang dapat ditindaklanjuti, dan
sebagai perjanjian jangka panjang. Karena tidak ada gunanya sebuah persetujuan
apabila tidak dapat diterapkan atau dilaksanakan.
Strategi Negosiasi adalah ada 2 (Kreitner & Kinicki, 2001 :
p.466):
·
Distributive
Negotiation
·
Integrative
negotiation
Negosiasi dengan pihak ke -3 dapat melakukan
ü Mediator
ü Arbitrator
ü Perujuk
ü Konsultan
3.2
Saran
Berdasarkan isi makalah di atas maka saran penulis adalah:
1.
Kepada
mahasiswa diharapkan makalah ini bisa dijadikan salah satu referensi dalam mata
kuliah Perilaku organisasi
2.
Kepada
pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca bagaimana
menanggapi menyelesaikan konflik, bagaimana manajemen konflik dalam organisasi,
bagaimana melakukan negosiasi dan negosiasi pihak ke-3
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori,
Aplikasi, dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta
T. Tani, Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. Penerbit Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Edisi 2
AA. Anwar Abu Mangka Negara. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan. Penerbit Rosda karya. Bandung
http://www.stekpi.ac.id/informasi/datas/users/1/negosiasi.pdf
(diakses tanggal 2 November 2016)
http://blog.stikom.edu/diah/files/2012/01/PDB14_negosiasi.pdf
(diakses tanggal 2 November 2016)
http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/06/konflik-negosiasi-v-1.pdf
(diakses tanggal 2 November 2016)
http://sadu-wasistiono.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/MANAJEMEN-KONFLIK.pdf
(diakses tanggal 2 November 2016)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sumaryanto-mkes/6
manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah.pdf
(diakses tanggal 2 November 2016)
Comments
Post a Comment