Aplikasi rational choice theory - Ilmu Sosial Public Health 2018 (Kebijakan Menaikkan harga Rokok)

 



Di tingkat penduduk, cek apakah alasan penduduk tidak memilih berhenti merokok? Apakah mereka berhenti merokok karena khawatir terkena penyakit? Atau mereka terus merokok karena memiliki kepentingan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek mereka - mendapat kenikmatan?

Contoh dalam kebijakan menaikkan harga rokok 

Kenaikan pajak rokok: apakah akan mengurangi penduduk merokok? Atau lebih spesifik, apakah penduduk yang paling banyak merokok (kelompok miskin) akan berkurang atau bahkan berhenti merokok? [1,2] Dengan kebijakan itu, pemerintah berharap pabrik rokok akan kehilangan pasar dan karena itu akan lama-lama berkurang produksinya.

Efek yang diharapkan dan yang menjadi kenyataan dalam hal penerapan kebijakan penaikan harga rokok 


Seharusnya

Kenyataan (illustratif - data “feeling”, perlu bukti sesungguhnya)

Penduduk kaya

Pengurangan penduduk merokok “sedang”

Mereka tetap merokok karena mampu membeli.

Penduduk rawan

Pengurangan rokok lebih banyak di penduduk miskin karena mereka pasti berpikir lebih hemat.

Merokok tetap tinggi pada penduduk miskin. Mereka bisa membuat rokok “kelinting” (yang dibuat sendiri secara manual). 

Pabrik rokok

Produksi berkurang karena pasar berkurang

Mereka tetap berproduksi sama dan bahkan lebih besar.



Jika kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, berarti kebijakan pemahalan harga rokok tidak bertujuan public health: (1) penduduk perokok tidak berkurang,  (2) jumlah rokok yang dikonsumsi tiap perokok tidak berkurang, dan (3) produksi rokok tetap dan bahkan meningkat. 

Jadi pabrik rokok mengikuti kenaikan harga rokok, tetapi mereka tidak mau pabrik rokok merugi dengan kebijakan itu. Mereka bahkan bisa membuat rokok lebih menggiurkan sehingga orang tetap akan merokok karena sensasi yang lebih menarik meski lebih mahal. Meski mahal, mereka bahkan tetap membuat iklan yang lebih menarik agar orang tetap merokok. 

Artinya, meninggikan harga rokok tidak efektif untuk mengurangi jumlah perokok dan jumlah konsumsi rokok tiap orang. Mengapa? Karena industri rokok tetap tidak pernah ingin kepentingan mereka dirugikan, termasuk oleh peraturan.


Referensi

1.     Luntungan NN, Meilissa Y, Dewi A, Thabrany H. Political battle in increasing tobacco tax to support Universal Health Coverage in Indonesia. Tob Induc Dis. 2018;16. doi:10.18332/tid/84069

2.     Scollo M. Impact of tobacco tax reforms on tobacco prices and tobacco use in Australia. Tob Control. 2003;12: 59ii–66.

Comments