3R Pemukiman



MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN


3R (REDUCE, REUSE, DAN RECYCLE) PERMUKIMAN


                                                          DISUSUN OLEH

NAMA               : ANDRIAN YUSMAN
NPM                   : 1310070120011



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan  karunia, petunjuk, limpahan  rahmat, dan hidayah dari-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah  Kesling Pemukiman  dengan judul “ 3R Pemukiman”.                    
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok sebagai salah satu penilaian akhir semester III. Disamping itu, juga bertujuan untuk melatih diri penulis supaya tidak kewalahan dalam membuat tugas makalah lain di masa depan. Selain itu, makalah ini ditulis agar pembaca lebih mengetahui tentang 3R Pemukiman.                                                                          Dengan tersusunnya makalah, penulis menyucapkan terima kasih kepada Dosen Kesling Pemukiman. Penulis juga menyucapkan terima kasih kepada orangtua dan teman-teman serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.       
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak demi makalah  ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

                                                                   Padang, 15 September  2014

                                                                                                Penulis









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR        ii
DAFTAR ISI       iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah        1
1.2  Rumusan Masalah        2
1.3  Tujuan Penelitian        2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pemukiman dan Sampah        3   
2.2  Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat        6
2.3  Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan 3R        12
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan      14
3.2  Saran      14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
          Dewasa ini upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan Kota di Indonesia melalui pencanangan berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai aspek, salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah aspek pengelolaan sampah di lingkungan permukiman. Menurut Wibowo dan Darwin (2006:1) persampahan telah menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan di Indonesia.
         Pola pengelolaan sampah dengan melibatkan masyarakat sebagai aktor yang dapat berperan aktif dalam mengurangi volume sampah merupakan keputusan yang tepat dalam mengantisipasi peningkatan jumlah volume sampah perkotaan yang terus meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk. Peran aktif masyarakat atau individu dapat dimulai dengan melaksanakan perilaku positif  dalam mengelola sampah seperti pengumpulan, pewadahan, pemilahan dan melakukan daur ulang sampah untuk mengurangi volume dan persebaran sampah.
          Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan jumlah sampah. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar sampah tersebut tidak menimbulkan masalah baik bagi manusia maupun lingkungan.
       Sejak direncanangkannya program 3R pada tahun 2007, dapat direduksi sampah sekitar 3% dari volume sampah yang ada. Berdasarkan data lapangan dan hasil penelitian sebelumnya, program percontohan 3R yang diterapkan dibeberapa kota di Indonesia masih banyak yang belum melakukannya secara optimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan, peraturan yang ada kurang dipatuhi, perilaku dan kebiasaan masyarakat yang sulit berubah. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapat pengetahuan dan pengertian yang benar tentang perlunya mengurangi sampah sejak dari sumber sampah itu dihasilkan, disamping hal tersebut faktor sosial ekonomi dan budaya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan program 3R di masyarakat.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah di antaranya:
1.      Apa pengertian pemukiman dan sampah?
2.      Bagaimana pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat?
3.      Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan 3R ?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka ditemukan 3 tujuan penulisan, di antaranya mendeskripsikan:
1.      Pengertian pemukiman dan sampah
2.      Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat
3.      Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan 3R











BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Pemukiman dan Sampah

2.1.1        Pemukiman
A.    Pengertian Pemukiman
Menurut WHO, Pemukiman adalah Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperluhkan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
         Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992). Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan pemadam kebakaran.Utilitas umum membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha.



B.       Jenis Jenis Pemukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis antara  lain:
a.      Pemukiman Perkampungan  Tradisional
b.      Perkampungan Darurat
c.       Perkampungan Kumuh (Slum Area)
d.      Pemukiman Transmigrasi
e.       Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus
f.       Perkampungan Baru (real estate)

2.1.2        Sampah
A.    Pengertian Sampah
   Menurut WHO, defenisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
 Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna.
Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
  1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
  2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
  3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)
B.     Sumber Sampah
Sumber-Sumber Sampah berasal dari :
  • Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
  • Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
  • Sampah yang berasal dari perkantoran
  • Sampah yang berasal dari jalan raya
  • Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
  • Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
  • Sampah yang berasal dari pertambangan
  • Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
C.    Klasifikasi Sampah
Secara umum pengelompokkan sampah sering dilakukan berdasarkan sifat atau karakteristik dan sumber sampah yaitu:
1. Sampah anorganik.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagai zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam. Sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik dan kaleng. Kertas koran dan karton merupakan pengecualian. Beradasarkan asalnya, kertas koran dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lainnya, maka dimasukkan kedalam kelompok sampah an organik.
2. Sampah organik.
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga dan lain sebagainya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik misalnya sampah dari dapur.


3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)
Sampah yang terdiri atas bahan atau zat yang karena sifat-sifat kimianya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan seperti: bahan-bahan beracun, mudah meledak, korosif, mudah terbakar dan bahan radioaktif.

2.2  Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
2.2.1        Pendekatan Pegelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
   Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi  secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya.
Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recyle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.
Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita. Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
a.      Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
·       Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
·       Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
·       Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
·       Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
·       Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
·       Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
·       Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

b.      Reuse (R2)
           Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.



Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
  • Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
  • Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
  • Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
  • Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
  • Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
c.       Recycle (R3)
            Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
·       Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
·       Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
·       Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
·       Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.

2.2.2        Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dikawasan Permukiman

Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di kawasan permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
ü  Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan.
ü  Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat.
ü  Metode penanganan sampah 3R untuk mendapatkan formula teknis danprasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.
ü  Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional “ kumpul - angkut - buang ” menjadi 3R.
ü  Misalnya : penghijauan dulu kebersihan buang sampah ditempatnya pemilahan daur ulang.
ü  Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam melaksanakan berbagai metode 3R.
ü  Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan poses pengelola sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.
ü  Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, mambatasi konsumsi sesuai dengan kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah dsb.
ü  Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan mengunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya.
ü  Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur ulang (kertas, plastik, gelas/logam, dll) maupun sampah B3 rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterai, lampu neon, kaleng, sisa insektisida, dll) dan sampah bekas kemasan (bungkus mie instant, plastic kemasan minyak, dll)
ü   Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan mengurangi sampah pada tahap berikutnya.

A.     Konsepsi Penanganan Sampah 3r Skala Rumah Tangga

·         Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan sampah.
·         Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan.

1)      Skenario Pemilahan Sampah Non Organik.
Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan, yaitu dengan cara memilah sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misalnya mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.

2)      Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
Di bedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah organic dari dapur (nasi, daging, dll).
·         Skenario pembuatan kompos secara individu di sumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu pada best practice yang telah ada.
·         Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya seperti di Banjarsari dan Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai “composter”.
·         Dengan “komposter gentong“ (alasnya di lubangi dan di isi kerikil serta sekam, merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan dalam gentong).
·         Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses pematangan kompos. Komposter takakura dapat ditempatkan didalam rumah (tidak menimbulkan bau).
·         Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan penanaman bibit.

3)      Skenario Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng, sampah B3 rumah tangga).


B.     Konsepsi Penanganan Sampah 3r Skala Kawasan
1)      Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan
·         Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan teratur (cakupan pelayanan 1000 - 2000 unit rumah), kawasan perumahan semi teratur/non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai.
·         Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan volume dan pemilahan sampah.
·         Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari sumber, pengangkutan/pengumpulan, pemilah sampah, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan residu ke TPA.
·         Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang disebut TPS3R (tempat pengolahan sampah terpadu), yaitu area pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, perajangan sampah, pengomposan, tempat/container sampah residu, penyimpanan barang lapak, dan pencucian.
·         Kegiatan pengelolaan sampah di TPS3R meliputi pemilahan sampah, pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll
·         Pemisahan sampah di TPS3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos)
·         Pembuatan kompos di TPS3R dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain Open Windrow.
·         Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus. Sampah residu dilarang untuk dibakar di tempat, tetapi dibuang ke TPA.

2)      Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan
·         Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan baru (cakupan luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan menggunakan motor sampah (kapasitas 1,2 m3), sedangkan untuk kawasan perumahan non komplek dan perumahan kumuh / bantaran dapat dilakukan dengan gerobak.
·         Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah ditentukan)
·         Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah).

3)      Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPS3R)
·         Jadwal pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.

2.3  Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan 3R

2.3.1        Pemberdayaan Golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Golongan masyarakat berpenghasilan rendah merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program 3R di lingkungan mereka, oleh sebab itu perlu dibekali keahlian dalam menjalankan program 3R tersebut seperti, keahlian dibidang teknis :
 mengetahui kegunaan alat/peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan
 mengetahui strategi dalam pengomposan
 mengetahui pengaturan suhu dalam pengomposan
 mengetahui cara penyaringan/pemilahan dalam pengomposan
 mengetahui teknik pengemasan kompos

Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut perlu seorang pendamping yang bertugas sebagai pembimbing masyarakat.

2.3.2        Pemberdayaan Golongan Masyarakat Berpenghasilan Sedang
          Untuk meningkatkan peran serta masyarakat golongan berpenghasilan sedang agar dapat terlibat dalam pengelolaan sampah di lingkungan mereka, perlu dibekali keahlian-keahlian dibidang institusi karena mereka pada umumnya adalah masyarakat yang berpendidikan. Sebelum kegiatan pengelolaan sampah 3R dijalankan, terlebih dahulu mempersiapkan aspek kelembagaannya agar sistem pengelolaan sampah dapat berjalan secara teratur dan terarah. Institusi/kelembagaan mempunyai tugas menyelenggarakan jasa pengelolaan sampah mulai dari tahap pencarian dana, pengumpulan, pewadahan, pengangkutan dan pengelolaan hingga menjadi kompos sampai dengan pemasaran. Golongan masyarakat ini dengan keahlian dan keterampilan yang mereka punyai dapat dijadikan sebagai penghubung dengan pihak luar. Oleh karena dari itu golongan masyarakat ini harus dapat memandang situasi dan kebutuhan pasar, mereka harus memiliki pengetahuan tentang cara pemasaran.
2.3.3        Pemberdayaan Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tinggi
           Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi dapat dijadikan sebagai penasehat/pelindung dalam program kebersihan di lingkungan mereka tinggal. Dengan keahlian dan pendidikannya, mereka dapat dijadikan sebagai pembimbing bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah. Dengan tingkat penghasilan yang sudah mapan mereka dapat dijadikan pelopor dalam pendanaan untuk pengembangan program 3R. Dalam penanganan sampah di tempat tinggal mereka biasanya golongan masyarakat ini menyerahkan sepenuhnya kepada para pembantu, karena kesibukannya mereka tidak dapat terjun langsung untuk mengelola sampahnya sendiri. Untuk itu agar program 3R dapat berjalan, para pembantu dapat dilatih dalam pengelolaan sampah seperti cara pemilahan sampah basah dan kering dan cara pembuatan kompos. Pelatihan pada pembantu rumah tangga dapat dilakukan oleh kader-kader lingkungan setempat.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan pengelolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya.

3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar kita.
Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. 3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

3.2  Saran
Penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa Kesehatan Masyarakat dapat mengaplikasikanya nanti. Seperti dapat mengetahui bagaimana Pengelolaan sampah tepadu berbasis masyarakat, dan pembaca di harapkan dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman umum  3R pemukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman Dr, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007.

Suyoto ,Bagong, Fenomena Gerakan Mengolah Sampah,PT.Prima Infosarana Media,Jakarta,2008.

https://www.academia.edu/3374549/Pengelolaan_Sampah( Di akses tanggal 15 september 2014)









Comments