Manajemen Puskesmas pada Pencegahan dan Pengendalian Penyakit kegiatan Bulan Eliminasi Filariasis di Puskesmas X tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa
orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak tahun 1500 oleh
masyarakat, dan mulai diselidiki lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui
penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru tahun 1970 obat yang lebih
tepat untuk mengobti filarial ditemukan.
Di Indonesia filariasis
telah tersebar luar hampir di semua provinsi, berdasarkan laporan survey
pada tahun 2000 tercatat sebanyak 6500 kasus kronis di 1553 desa
pada 231 kabupaten di 26 Provinsi. Pada tahun 2005 kasus kronis dilaporkan
sebanyak 10273 orang yang tersebar di 373 Kabupaten / Kota di 33 Provinsi.
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Terdapat
tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua
spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis
di Indonesia disebabkan oleh Brugia
malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening
sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan
gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran
getah bening (adenolimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain.
Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang
sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kronis filariasis yang
dilaporkan sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus.
Saat
ini, diperkirakan larva cacing tersebut telah menginfeksi lebih dari 700 juta
orang di seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%) terdapat di
regional Asia Tenggara. (WHO, 2009). Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang
endemis terhadap filariasis dan salah satu diantaranya adalah Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk terbanyak
dan wilayah yang luas namun memiliki masalah filariasis yang kompleks. Di
Indonesia, ke tiga jenis cacing filaria (W.
Brancrofti, B malayi dan B timori) dapat ditemukan. (WHO, 2009) .
Filariasis
dapat ditularkan oleh seluruh jenis spesies nyamuk. Di Indonesia diperkirakan
terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis yang terdiri
dari genus Anopheles, Aedes, Culex,
Mansonia, dan Armigeres. Untuk menimbulkan gejala klinis penyakit
filariasis diperlukan beberapa kali gigitan nyamuk terinfeksi filaria dalam
waktu yang lama.
Orang
yang terinfeksi mikrofilaria akibat adanya larva cacing ini di dalam tubuhnya,
tidak selalu menimbukan gejala. Gejala yang timbul biasanya diakibatkan oleh
larva cacing yang merusak kelenjar getah bening sehingga mengakibatkan
tersumbatnya aliran pembuluh limfa. Gejala yang timbul biasanya berupa
pembengkakan (edema) di daerah tertentu (pada aliran pembuluh limfa di dalam
tubuh manusia). Gejala ini dapat berupa pembesaran tungkai/kaki (kaki gajah)
atau lengan dan pembesaran skrotum/vagina yang pembengkakan(edema)nya bersifat
permanen.
Penyakit
filariasis bersifat menahun (kronis) dan jarang menimbulkan kematian pada
penderitanya. Namun, bila penderita tidak mendapatkan pengobatan, penyakit ini
dapat menimbulkan cacat menetap pada bagian yang mengalami pembengkakan
(seperti: kaki, lengan dan alat kelamin) baik pada penderita laki-laki maupun
perempuan.
Filariasis
menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) pada
tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia dimulai berdasarkan deklarasi
WHO tahun 2000. di Indonesia program eliminasi filariasis dimulai pada tahun
2002. Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan
dilaksanakan yaitu: 1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal
pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan 2).Mencegah dan
membatasi kecacatan karena filariasis.
Pada tahun 2016, ditemukan
kasus filariasis di kota padang. Dari bulan juli-oktober terjadi peningkatan
kasus filariasis. Pada bulan juli ditemukan kasus filariasis sebanyak 2 kasus,
pada bulan agustus terjadi penambahan sebanyak 2 kasus dan pada bulan september
terjadi peningkatan kasus filariasis secara signifikan dengan total kasus
sebanyak 8 kasus.
Adanya kasus filariasis langsung menjadi
masalah yang mendapat sorotan lebih, karena pada tahun 2015 tidak ditemukan
kasus filariasis (Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015: 65). Maka
dari itu puskemas cendana menjadikan bulan eliminasi kaki gajah (BELKAGA) sebagai program prioritas puskesmas cendana kali ini.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.
Mengetahui proses Perencanaan (P1)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit kegiatan Bulan Eliminasi Filariasis di
Puskesmas Cendana tahun 2016.
2.
Mengetahui proses Penggerakan dan
Pelaksanaan (P2) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit kegiatan Bulan
Eliminasi Filariasis di Puskesmas Cendana tahun 2016.
3.
Mengetahui proses Pengawasan, Penilaian,
dan Pertanggung jawaban (P3) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
kegiatan Bulan Eliminasi Filariasis di Puskesmas Cendana tahun 2016.


TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Manajemen
Puskesmas
2.1.1
Pengertian Puskesmas
Puskesmas
adalah pusat pengembangan pembinaan dan pelayanan kesehatan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat dan merupakan satu kesatuan organisasi yang diberi
kewenangan, kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanaan
tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan wilayah kecamatan
(Depkes RI, 2002 : 7).
Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI,
2004 : 6).
2.1.2
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap
orang yang berada di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004 : 7).
2.1.3
Fungsi
Puskesmas
Puskesmas memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
2.
Pusat Pemberdayaan
Masyarakat
3.
Pusat Pelayanan Kesehatan
Strata Pertama
Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
1). Pelayanan Kesehatan Perorangan ( Private Goods )
2). Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Goods )
2.1.4
Upaya dan Azaz Penyelenggaraan Puskesmas
Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib
adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh masing-masing puskesmas yang
ada di Indonesia.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Penyelenggaraan
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas
penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas yang
dimaksud adalah :
1. Azas
Pertanggung Jawaban Wilayah
2. Azaz Pemberdayaan Masyarakat
3. Azaz Keterpaduan
4. Azas
Rujukan
2.1.5
Pengertian
Manajemen Puskesmas
Manajemen
puskesmas merupakan serangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran (output)
puskesmas yang efektif dan efisien. Manajemen puskesmas
adalah suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik, sehingga
menghasilkan keluaran (output) yang
efisien dan efektif.
2.1.6
Model
Manajemen Puskesmas
Model
P1, P2, P3 (Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan, Pengendalian dan Penilaian).
Model seperti ini biasanya digunakan oleh jajaran kesehatan yang berada di
Puskesmas dijabarkan dengan :
1. P1 ( Perencanaan) berbentuk Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
2. P2 (Penggerakan Pelaksanaan) berbentuk lokakarya mini puskesmas
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) berbentuk stratifikasi
puskesmas yang berubah menjadi penilaian kinerja puskesmas.
2.1.7
Proses
Manajemen Puskesmas
1. Perencanaan
Tingkat Puskesmas (P1)
Perencanaan merupakan proses
penyusunan kegiatan yang urut, yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan/disepakati
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya
guna. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses penyusunan
rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara
sistematis untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Tujuan perencanaan tingkat puskesmas ada 2 yaitu :
a.
Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) puskesmas untuk tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau
sebagian masalah kesehatan masyarakat.
b.
Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) puskesmas setelah diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahunan
berjalan dari berbagai sumber.
Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui
empat tahapan yaitu :
1)
Tahap Persiapan
Tahap ini
mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan perencanaan
tingkat puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini kepala puskesmas membentuk
tim penyusun rencana tingkat puskesmas yang beranggotakan beberapa staf yang
dianggap mempunyai kemampuan yang memadai. Kepala puskesmas memberikan
pengarahan agar anggota-anggota tim mempunyai motivasi yang kuat untuk keberhasilan
pembuatan PTP. Kemudian barulah mempelajari petunjuk dan pengarahan dinas
kesehatan Kabupaten/Kota tentang hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan.
2)
Tahap Analisis Situasi
Tahap ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang
dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan.
Pengumpulan data dasar dilakukan sebagai langkah awal perencanaan untuk
mengukur keberhasilan. Kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu :
a) Data
Umum, seperti Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan, Data sumber daya, Data
peran serta masyarakat, Data penduduk dan sasaran program, Data sekolah, Data
kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
b) Data
Khusus, seperti Status kesehatan berupa: data kematian, kunjungan, kesakitan,
dan pola penyakit.
c) Data
pola penyakit (sepuluh penyakit terbanyak)
d) Kejadian
luar biasa
e) Cakupan
program pelayanan kesehatan satu tahun terakhir.
f) Kepatuhan
petugas dalam menyampaikan pelayanan kesehatan dengan sumber informasi complience rate.
g) Cakupan
perdesa-desa di wilayah kerja puskesmas
h) Kepatuhan
petugas atas manajemen obat.
2)
Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
(RUK)
Penyusunan
rencana usulan kegiatan ini terdiri dari dua langkah yaitu :
a)
Analisis Masalah
Analisis
masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan
tingkat puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/badan penyantun puskesmas
melalui tahapan identifikasi masalah, menetapkan urutan prioritas masalah,
merumuskan masalah, mencari akar penyebab masalah, mengkonfirmasi penyebab
masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, menetapkan cara-cara
pemecahan masalah, menyusun kegiatan tahun yang akan datang, menyusun rencana
kebutuhan kegiatan tahun yang akan datang, melakukan rekap dan memasukkan ke
dalam format RUK.
b)
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana usulan kegiatan disusun dalam
bentuk matriks dengan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah
yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di
puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri atas :
·
Menyusun kegiatan tahun yang akan datang
yang terdiri dari kegiatan hasil dan
kegiatan rutin.
·
Menyusun kebutuhan sumber daya yang
diusulkan untuk tahun yang akan datang
menyangkut kebutuhan ketersediaan sumber daya.
·
Merekap usulan kegiatan dan sumber daya
yang dibutuhkan ke dalam format RUK puskesmas.
4) Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK)
Langkah-langkah
penyusunan RPK adalah :
a)
Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya
yang sudah disetujui.
b)
Membandingkan alokasi kegiatan yang
disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada
saat penyusunan RPK.
c)
Menyusun rancangan awal, rincian dan
volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut
bulan dan lokasi pelaksana.
d)
Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk
membahas kesepakatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
e)
Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) yang telah disusun dalam bentuk matriks.
2. Pelaksanaan dan Pergerakan (P2)
Puskesmas dianjurkan mengembangkan
inovasi dan kreasinya dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat mengarah pada
tercapainya visi dan misi puskesmas. Tindak lanjut perencanaan adalah
mengadakan pengorganisasian internal puskesmas dan pemantauan dilaksanakan
lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari :
a.
Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya
mini bulanan disebut juga rapat kerja bulanan adalah sebagai tindak lanjut dari
lokakarya mini tahunan (lokmin tahunan).Setiap awal bulan berikutnya diadakan
pertemuan antar staf puskesmas untuk membandingkan rencana kerja bulan yang
lalu dengan hasil kegiatan.Bila ditemukan masalah, dibahas dan dipecahkan serta
kemudian disusun rencana kerja bulan berikutnya oleh setiap petugas puskesmas.
b.
Lokakarya Mini Triwulan
Lokakarya
mini triwulan, pada dasarnya sama saja dengan lokakarya mini bulanan.
Perbedaannya hanya terdapat pada waktu serta peserta yang terlibat. Lokakarya
mini triwulan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral dan mitra lain puskesmas di
kecamatan sebagai wujud tanggung jawab puskesmas. Forum tersebut dapat
dimanfaatkan puskesmas dalam mencari dukungan terhadap pemecahan masalah yang
ditemui selama kegiatan dalam mewujudkan visi puskesmas.Lokmin triwulan ini
dilakukan setiap tiga bulan.
3. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggung
Jawaban (P3)
a) Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan
internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh
atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas
kesehatan kabupaten/kota serta berbagai intitusi pemerintah terkait. Pengawasan
mencakup aspek administratif, keuangan, dan teknis pelayanan.
b)
Penilaian
Kegiatan
penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup
:
·
Melakukan penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana
tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian
adalah sumber data dari simpus berupa data primer, dan sumber data dari hasil
pemantauan bulanan dan triwulan sebagai data sekunder.
·
Menyusun sarana peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan
yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
c)
Pertanggung jawaban
Pada
setiap akhir tahun anggaran, kepada puskesmas harus membuat laporan pertanggung
jawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan
kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota serta pihak-pihak terkait lainnya,
termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Untuk terselenggaranya proses pengawasan, pegendalian dan
penilaian instrument yang dikembangkan di puskesmas adalah :
1.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Pemantauan wilayah setempat dilakukan oleh setiap
program puskesmas untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan pada bulan
tertentu telah berjalan sesuai yang diharapkan atau belum.Dengan membandingkan
pencapaian kegiatan bulan lalu, selanjutnya dipergunakan untuk menyusun langkah
kegiatan yang dilakukan pada bulan berikutnya. Pemantauan wilayah setempat
berguna untuk melihat trend hasil kegiatan perbulan selama 3 bulan dengan
membandingkan target yang diharapkan atau ditetapkan. PWS diarahkan secara
cepat, wilayah mana yang sudah maju dan mana yang belum, mengapa demikian serta
tindakan apa yang perlu dilakukan untuk segera memperbaikinya. PWS harus
dimanfaatkan untuk memberikan informasi serta motivasi para pimpinan wilayah di
semua tingkat administrasi secara periodik.
2.
Laporan tahunan puskesmas.
Penilaian kinerja puskesmas sebagai pengganti
stratifikasi. Ruang lingkupnya adalah manajemen puskesmas, pencapaian hasil
cakupan (output) dan mutu pelayanan (outcome) dari kegiatan puskesmas yang
telah ditetapkan tingkat kabupaten. Hasil kegiatan puskesmas yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung.
2.2 Teori Filariasis
2.2.1 Pengertian Filariasis
Filariasis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di
Indonesia. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan
penyakit menular. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah
bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi
sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas.
Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun
demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan
dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
2.2.2
Epidemiologi Penyakit
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut
info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki
gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika.
Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.
Filariasis mudah menular, kriteria
penularan penyakit ini adalah jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada
sample darah penduduk di sekitar kasus elephantiasis, atau adanya 2 atau lebih
kasus elephantiasis di suatu wilayah pada jarak terbang nyamuk yang mempunyai
riwayat menetap bersama/berdekatan pada suatu wilayah selama lebih dari satu
tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada
satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan
pengeobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut.
2.2.3 Penyebab
Filariasis
Penyakit ini disebabkan oleh 3
spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori.
cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah
bening manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah
terutama malam hari.
Ada tiga spesies yang menjadi penyebab
filariasis diantaranya Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori
yaitu :
·
Wuchereria bancrofti. Cacing dewasa jantan dan betina
hidup di saluran kalenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna
putih susu. Cacing betina berukuran 65 – 100 mm x 0,25 mm dan cacing jantan 40
mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan
ukuran 250 – 300 mikron x 7 - 8 mikron. (Gandahusada,2001).
·
Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing dewasa
berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih kekuningan. Pada ujung
anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi baris papila 2 buah,
baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina berukuran 55x0,16 mm
dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur tranfersal dan langsung berhubungan
dengan vagina membentuk saluran panjang. (Onggowaluyo, 2002).
2.2.4 Tanda Dan Gejala
Seseorang
yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak,
dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan
perkembangannya.
Adapun gejala akut yang dapat
terjadi antara lain :
· Demam
berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
lagi setelah bekerja berat
· Pembengkakan
kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
· Radang
saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
· Filarial
abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
· Pembesaran
tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa
panas (early lymphodema)
Sedangkan
gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis)
pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
2.2.5
Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis :
- Dosis Obat
UMUR
|
DEC (100 mg)
|
Albendazol 400 mg
|
Parasetamol 500 mg
|
2 – 5 th
|
1 tablet
|
1 tablet
|
¼ tablet
|
6 – 14 th
|
2 tablet
|
1 tablet
|
½ tablet
|
> 14 th
|
3 tablet
|
1 tablet
|
1
tablet
|
2.
Cara minum Obat
: Sesudah makan malam/sebelum tidur malam
- Pemberian ditunda pada :
·
Pada anak
dibawah 2 tahun , anak dengan kurang gizi
·
Ibu hamil dan
menyusui
·
Penyakit Kronis
: Kencing Manis, Tekanan Darah Tinggi , Asthma, TBC, Gangguan Hati dan Ginjal,
Penyakit Jantung, Stroke.
- Efek samping bisa berupa : ngantuk, mual dan pusing serta diare
Catatan : Apabila efek samping tersebut tidak berkurang, maka hubungi kader
setempat dan petugas kesehatan di Puskesmas setempat
5.
Efek samping
yang tidak berkurang adalah akibat dari bangkai cacing yang mati karena
pengobatan
2.3
Konsep
Teori Problem Solving Cycle (PSC)

Bagan
2.1
Problem Solving Cycle
2.3.1
Analisis
Situasi
1) Menggunakan
data sekunder yang ada (mengumpulkan inforsmasi)
2) Memperhatikan
faktor-faktor lain (L.Blum)
Analisis Situasi Puskesmas:
1) Gambaran
Puskesmas
Seperti: Data
umum, lokaasi, demografi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pembiayaan
puskesmas, sepuluh penyakit terbanyak.
2) Program
Puskesmas
Kegiatan yang dilakukan
masing-masing program dan indikator keberhasilan kegiatan atau program.
2.3.2
Identifikasi
Masalah
1. Pendekatan
Logis
Melalui dengan melihat dan
menganalisis data-data yang ada, seperti : laporan tahunan
2. Pendekatan
Politis
Melakukan diskusi dengan kepala
bagian atau pemegang program maupun dengan pimpinan puskesmas.
2.3.3
Penetapan
Prioritas Masalah
Dalam memprioritaskan
masalah menggunakan tekhnik scoring dengan metode USG:
1. Urgency
(U) yakni tingkat mendesak atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness
(S) yakni tingkat keseriusan dari masalah dengan melihat dampak terhadap
produktivitas kerja.
3. Growthn(G)
yakni tingkat perkembangan masalah, apakah berkembang sehingga sulit untuk
dicegah.
Tahap pertama dalam penetapan
prioritas masalah dengan tekhnik USG adalah dengan membuat matriks penetapan
prioritas masalah
2.3.4
Analisis
Penyebab Masalah
Dilakukan dengan analisis sistem, dengan menggunakan
diagram fishbone. Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause
and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan
mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik
dan kemudian memisahkan akar penyebabnya
Bagan
2.2
Contoh
Fishbone
![]() |
2.3.5
Penetapan
Tujuan
Dengan
menggunakan 5W + 1 H, hanya berbentuk statement dari masalah yang ditetapkan
sebagai prioritas masalah.
2.3.6
Alternatif
Pemecahan Masalah
1.
Berupa fisik dan non fisik
2.
Solusi dan masalah yang ditemukan
3.
Masalah – Penyebab Masalah – Alternatif
Pemecahan Masalah
2.3.7
Penetapan
Prioritas Masalah
Dapat dilakukan
dengan metode efektivitas-efisiensi dengan rumus:
|
M = Besarnya Masalah
I =
Pentingnya jalan keluar untuk diselesaikan
V = Sensitivitas atau ketepatan jalan keluar
C = Biaya yang dikeluarkan
Penentuan Skor:
1 = Paling tidak
efektif/efisien
2 = Tidak efektif/efisien
3 = Cukup efektif/efisien
4 = Efektif/efisien
5 = Paling
efektif/efisien
2.4.8 Rencana Kegiatan / POA
Dalam menyusun rencana
aksi (plan of action) pada pemecahan
masalah dapat disusun dalam bentuk tabel (Gannt Chart) yang memuat kegiatan,
tujuan masing-masing kegiatan, sasaran, waktu, pelaksanaan, biaya, tempat,
metode, dan tolak ukur.
2.4.9
Rencana
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan
akhir dari suatu siklus pemecahan masalah, namun perbaikan-perbaikan dapat
dilakukan sepanjang kegiatan berlangsung. Tidak jarang terjadi ketika suatu
masalah selesai dipecahkan kemudian timbul masalah lain. Oleh karena itu,
pemecahan masalah dapat dilakukan kembali sesuai langkah yang sudah dilakukan.
Disusun dalam bentuk tabel yang memuat kegiatan, input, proses, output, impact,
realisasi dan persentase.(Bustami, 2011 : 58)
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Perencanaan
Tingkat Puskesmas (P1)
3.1.1 Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Keberhasilan
program atau kegiatan di Puskesmas ditentukan oleh perencanaan yang disusun
dengan baik. Puskesmas Cendana telah berupaya untuk membuat perencaan dengan
baik sebelum pelaksanaan kegiatan. Secara umum perencanaan di Puskesmas Cendana
terdiri dari dua hal yaitu:
a. Rencana
Usulan Kerja
Puskesmas Cendana memiliki RUK yang diajukan ke
Dinas Kesehatan Kota Padang. RUK tersebut disusun berdasarkan data umum yang
ada yaitu sejarah Puskesmas, kondisi geografis Puskesmas, data sumber daya
manusia, peran serta masyarakat, data penduduk dan sasaran masing-masing
program, data sarana pendidikan dan data kesehatan lingkungan.
Penyusunan RUK biasanya dilakukan dalam lokmin
tahunan yang diikuti oleh seluruh staf Puskesmas Cendana Dalam pertemuan
tersebut dilakukan evaluasi terhadap masing-masing program, kemuadian
ditetapkanlah masalah apa yang menjadi prioritasnya. Kemuadian RUK tersebut
diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota Padang.
b. Rencana
Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas Cendana
juga memiliki RPK. Tahap pengusulan RPK ke Dinas Kesehatan Kota Padang
sama dengan tahap pengusulan RUK. Setelah RUK diusulkan kemudian baru Puskesmas
menguslukan RPK ke Dinas Kesehatan Kota Padang. Untuk membahas dan memperoleh
kesepatan tenang RPK, Puskesmas Cendana melakukan lokakarya mini dengan
melibatkan Camat, Lurah, Dinas Kesehatan Kota, pemegang program serta tokoh
masyarakat. Selain itu Puskesmas Cendana
juga memiliki rencana pelaksanaan kegiatan setiap bulan
A. Analisis situasi wilayah kerja,
demografi masyarakat, sarana prasarana, tenaga kesehatan dan sarana pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah UPTD
Puskesmas Cendana
1.
Deskripsi
Puskesmas
2.
Sejarah Puskesmas
Puskesmas Cendana
merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di kecamatan Cendana. Puskesmas
Cendana berdiri pada tahun 1976, termasuk puskesmas tertua di kota Padang.
Dahulunya Puskesmas Cendana merupakan satu satunya Puskesmas untuk Kecamatan
Cendana. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di Kecamatan Cendana mulai tahun 1995 telah berdiri dua
Puskesmas lagi di Kecamatan Cendana.
3.
Geografi
Puskesmas Cendana berlokasi di Kelurahan Cendana yang sebenarnya bukan merupakan
wilayah kerja Puskesmas Cendana. Wilayah
kerja Puskesmas Cendana mencakup 2 (dua) Kelurahan yaitu: Kelurahan Safa dan Kelurahan Marwah dengan luas wilayah ±
13.1 km2, terletak lebih kurang 20 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah kerja Puskesmas Cendana adalah sebagai berikut :
a.
Sebelah Utara berbatasan
dengan Kelurahan Sungai Sapih dan Kelurahan Gunung Sarik
b.
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kelurahan Pasar Ambacang dan Kelurahan Lubuk Lintah
c.
Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Nanggalo
d.
Sebelah Timur
berbatasan dengan Kelurahan Kuranji
4.
Demografi
Data kependudukan
Wilayah Kerja Puskesmas Cendana Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah
Kerja Puskesmas Cendana Tahun 2015
No
|
Penduduk
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
LK
|
PR
|
|||
1.
|
Korong Safa
|
8.748
|
8.818
|
17.566
|
2.
|
Marwa
|
4.690
|
4.727
|
9.417
|
|
Jumlah
|
|
|
26.983
|
Sumber
:Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada Kelurahan Korong Safa pada tahun 2015 yaitu berjumlah 17.566 jiwa.
5.
Sarana Dan Prasarana Kesehatan
Data
sarana dan prasarana di Wilayah Kerja Puskesmas Cendana Tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Sarana dan
Prasarana Puskesmas Cendana Tahun 2015
NO
|
SARANA
|
JUMLAH
|
1
|
Puskesmas Induk
|
1
|
2
|
Pustu
|
2
|
3
|
Rumah Bersalin
|
1
|
4
|
Dokter Praktek Swasta
|
3
|
5
|
Bidan Praktek Swasta
|
7
|
6
|
Rumah Medis
|
1
|
7
|
Rumah Paramedis
|
1
|
8
|
Posyandu Balita
|
23
|
9
|
Posyandu Lansia
|
6
|
10
|
Kendaraan roda 2
|
4
|
11
|
Kendaraan roda 4
|
1
|
Sumber : Puskesmas Cendana Tahun 2015
6.
Tenaga Kesehatan Puskesmas
Adapun jumlah tenaga kesehatan di Lingkungan kerja Puskesmas
Cendana pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Ketenagaan
Puskesmas Cendana Tahun 2015
(Kondisi Bulan Desember
Tahun 2015)
No.
|
TENAGA
|
JUMLAH
|
KETERANGAN
|
1
|
Dokter Umum
|
2
|
|
2
|
Dokter Gigi
|
2
|
|
3
|
SKM
|
4
|
|
4
|
Tenaga Pelaksana
Gizi
|
2
|
|
5
|
Bidan
|
14
|
|
6
|
Perawat
|
9
|
|
7
|
Analis Labor
|
2
|
|
8
|
Sanitarian
|
2
|
|
9
|
Perawat Gigi
|
1
|
|
10
|
Asisten Apoteker
|
3
|
|
11
|
Pekarya
Kesehatan+SMEA
|
2
|
|
12
|
Penjaga Malam
|
1
|
|
13
|
Sopir
|
1
|
|
14
|
Tenaga K 3
|
1
|
|
TOTAL
|
46
|
|
Sumber
: Puskesmas Cendana Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah pegawai
Puskesmas Cendana pada tahun 2015 adalah 46 orang.
·
Identifikasi Masalah Dari pembahasan
analisa situasi di atas, dapat ditemukan
beberapa
masalah yang ada di Puskesmas Cendana Tahun 2015. Menetapkan masalah yang ada di Puskesmas Cendana
berdasarkan:
v
Kesenjangan
masalah diatas 5%
v
Tahun sebelumnya tidak terdapat masalah pada kegiatan
tersebut
Sehingga
dapat disimpulkan masalah yang ada di Puskesmas Cendana tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.4
dibawah ini:
Tabel
3.4
Identifikasi
Masalah di Puskesmas Cendana Tahun 2015
No.
|
PROGRAM
|
KEGIATAN
|
GAP
|
1.
|
Program
Promosi Kesehatan
|
1. Pencapaian
D/S P= 62,51%
T= 85%
|
22,49%
|
2.
|
Program
Kesehatan Lingkungan
|
2. Cakupan
pengelolaan sampah yang memenuhi syarat masih rendah yaitu P=7,19% T=100%
|
92,81%
|
3.
|
Program
KIA/KB
|
3. Cakupan
Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
P= 44,4% T= 80%
4. Cakupan
DDTK apras 2 kali
P= 48,18% T= 90%
|
35,6%
41,82%
|
4.
|
Program
Perbaikan Gizi
|
5. Cakupan
ASI Eksklusif
P= 73,4% T= 80%
|
6,6%
|
5.
|
Program
P2P
|
6. Adanya
kasus Filariasis sebanyak 8 kasus
|
Tidak ada kasus pada
tahun sebelumnya
|
Dari tabel diatas dapat
disimpulkan masalah yang ada di Puskesmas Cendana Tahun 2015 adalah sebanyak 6 masalah.
7.
Prioritas
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah didapatkan masalah yang ada di Puskesmas adalah sebanyak 6 masalah. Langkah selanjutnya adalah
memprioritaskan masalah dengan menggunakan tekhnik USG. Untuk mempermudah
melakukan prioritas masalah dengan tekhnik USG, maka dari 6 masalah yang ada dipilihlah 5
masalah untuk diprioritaskan. Masalah rendahnya cakupan D/S tidak diambil untuk
diprioritaskan karena setiap tahunnya cakupan D/S ini mememang tidak pernah
mencapai target. Maka
masalah yang diprioritaskan adalah:
A. Rendahnya
cakupan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat 7,19%
B. Rendahnya
cakupan neonatus komplikasi yang ditangani P= 44,4% dan T=80%
C. Rendahnya
cakupan DDTK Apras 2 kali P= 48,18% dan T= 90%
D. Rendahnya
cakupan ASI Ekslusif P= 73,4% dan T= 80%
E. Meningkatnya
kasus filariasis sebanyak 8 kasus
Setelah diketahui
masalah yang akan diprioritaskan, maka langkah pertama dalam memprioritaskan masalah
dengan teknik USG adalah dengan membuat matriks USG.
Penulis mengambil masalah dengan ranking
tertinggi yaitu masalah meningkatnya kasus filariasis di wilayah kerja
Puskesmas Cendana sebagai prioritas masalah yang akan direncanakan
penanggulangannya dan akan dituangkan dalam bentuk Plan of Action. Penulis menganggap perlunya menganalisis penyebab
masalah dan mencari solusi dari masalah meningkatnya kasus filariasis tersebut.
8.
Penyebab
Masalah
|
|
|
|





|


|
|





|
|
|

|
|
|



Bagan
31
Diagram Fish
Bone Penyebab Meningkatnya
Kasus filariasis
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuranji Tahun 2016
9.
Pendanaan
Biaya operasional bagi seluruh kegiatan
puskesmas diperoleh dari beberapa sumber
yaitu :
a.
APBD
Semua
dana yang berasal dari APBD didapat tanpa pengajuan rencana anggaran dari
Puskesmas. Dana yang diterima sudah berupa DIP yang siap untuk dicairkan.
b.
JAMKESDA
Diperuntukkan
bagi masyarakat miskin. Besarnya dana disesuaikan dengan jumlah masyarakat
(jiwa) yang ada di wilayah kerja puskesmas.
c.
BPJS
Dana
yang diperoleh dari BPJS Kesehatan yang besarnya tergantung dari jumlah peserta
BPJS yang terdaftar di Puskesmas.
d.
DANA BOK
Dana yang
dialokasikan pusat untuk operasional
kesehatan di puskesmas.
Realisasi penggunaan dana
operasional puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Realisasi
Penggunaan Dana Operasional Puskesmas
Tahun 2015
No
|
Sumber Dana
|
Alokasi
(Rp)
|
Realisasi
(Rp)
|
Sisa Dana
(Rp)
|
1
|
APBD
|
-
|
13.365.904
|
-
|
2
|
JKN/BPJS
|
1.372.053.700
|
1.062.819.981
|
309.233.719
|
3
|
Dana BOK
|
75.000.000
|
75.000.000
|
-
|
Sumber
: Puskesmas Cendana Tahun 2016
Berdasarkan tabel
diatas dapat dketahui bahwa penggunaan dana BPJS tidak digunakan seluruhnya
3.2
Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Dalam melakukan
pengorganisasian pelaksanaan kegiatan, maka Puskesmas Cendana melakukan pembagian tugas, baik kegiatan
didalam maupun diluar gedung. Puskesmas Cendana
telah membentuk struktur organisasi Puskesmas dengan penempatan staf
yang telah sesuai dengan dasar ilmu dan kemapuan masing-masing staf. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap hasil kerja yang diinginkan dan dilanjutkan dengan
penerbitan SK dan Tupoksi, seluruh staf melaksanakan tugas sesuai dengan
jabatan dalam SK yang mengacu pada Tupoksi yanga ada.
Puskesmas Cendana
melakukan lokakarya mini bulanan yang dilakukan dalam satu tahap. Lokmin
bulanan tersebut dilakukan setiap bulan pada awala bulan yang diikuti oleh
seluruh staf Puskesmas Cendana.
Pembahasan dalam lokmin bulanan adalah untuk mengevaluasi program dan kegiatan
yang sudah dilaksanakan pada bulan sebelumnya, pembahasan POA BOK utnuk bulan
selanjutnya serta refrshing ilmu untuk seluruh staf.
Selain lokakarya mini
bulanan, Puskesmas Cendana juga mengadakan lokmin triwulan yang diikuti oleh
lintas sektor dan pemegang program. Tujuan diadakannya lokmin triwulan ini
adalah lintas sektor mengetahui permasalahan yang ada di wilayah kerjanya.
Dalam lokmin triwulan membahas mengenai kegaitan yang telah dilaksanakan selama
3 bulan terkahir.
Puskesmas Cendana juga
mengadakan lokakarya mini tahunan yang diadakan setiap tahun. Lokakarya mini
tahunan ini melibatkan Camat, Lurah, Dinas Kesehatan Kota Padang, pimpinan
Puskesmas Cendana, pemegang program
serta tokoh masayrakat. Tujuan diadakan lokakarya mini tahunan adalah untuk
menemukan pemecahan masalah dari program
yang belum mecapai target, selain itu juga untuk mengetahui kinerja Puskesmas
Cendana selama satu tahun. Dalam lokakarya mini membahas mengenai kegiatan
Puskesmas yang telah dilaksanakan, pencapaian program, pemecahan masalah
terhadap program yang belum mencapai target serta bagaimana rencana kerja tahun
berikutnya.
Program P2P memiliki dokumen yang
berisi uraian/ pembagian tugas untuk kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.
Tugas didalam maupun diluar gedung tidak hanya dikerjakan program P2P saja,
tetapi bekerja sama dengan program lain seperti program promkes dan program
kesling dan Apoteker. Pembagian tugas ini dimaksudkan agar setiap kegiatan
dapat berjalan sesuai rencana secara efektif dan efisien.
1. Penyakit
Filariasis
Jumlah kasus Chikungunya
Puskesmas Cendana Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Grafik 3.6
Grafik Jumlah Kasus
Filariasis di Wilayah Kerja
Puskesmas Cendana Tahun
2016

Sumber :Puskesmas Cendana
Tahun 2015
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa jumlah kasus Filariasis pada tahun 2016 sebanyak 8
kasus.
Perencanaan dari
pembuatan poster filariasis ini dituangkan dalam bentuk Plan of Action yang merupakan
kegiatan awal dalam proses eliminasi kaki gajah (BELKAGA). Perencanaan
ini melibatkan beberapa pihak terkait program
kegiatan, antara lain
pimpinan puskesmas, pemegang program P2P, promkes, dan kesling dan pihak Apotik. Berikut ini merupakan
tabel Plan of Action untuk mengatasi
tingginya kasus chikngunya.
Tabel
3.7
Rencana Kegiatan (POA) Untuk Melakukan Penyebaran Obat Anti
Filariasis
Di Puskesmas Kuranji Tahun 2016
Kegiatan
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Waktu
|
Pelaksana
|
Biaya
|
Tempat
|
Metode
|
Tolak
Ukur
|
1.
Persiapan
Rapat
antara kepala puskesmas dan beberapa pemegang program yang terkait untuk
pelaksanaan pemberian obat filariasis dalam rangka eliminasi kaki gajah
(BELKAGA)
|
Membahas mengenai tujuan, manfaat dan
jadwal diadakannya pelaksanaan pemberian obat filariasis dalam rangka eliminasi
kaki gajah (BELKAGA)
|
Kepala puskesmas, pemegang program
P2P, program kesling dan program
promkes dan pihak Apotik
|
Minggu ke-2 bulan November
|
Pemegang program P2P
|
|
Ruang rapat puskesmas Cendana
|
Diskusi/ tanya jawab
|
Ditetapkannya tujuan,
manfaat serta jadwal diadakannya pelaksanaan pemberian obat filariasis dalam
rangka eliminasi kaki gajah (BELKAGA)
|
2.
Pelaksanaan
pelaksanaan pemberian
obat filariasis dalam rangka eliminasi kaki gajah (BELKAGA) ke rumah-rumah
masyarakat.
|
Pengantisipasian penyebaran kasus
filariasis dan penurunan angka kejadian kasus filariasis
|
Seluruh masyarakat yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Cendana
|
Minggu ke-3 November
|
Pemegang program P2P
|
|
Rumah Masyarakat
|
Pemberian Obat Secara Massal turun
lansung kerumah Masyarakat dan masyarakat meminum obat di depan petugas
|
Seluruh masyarakat
mendapatkan obat filariasis
|
3.3
Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Proses pengawasan di
Puskesmas Cendana dilakukan dengan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
Program yang telah melaksanakan PWS adalah program KIA, Gizi, Kesling dan
Imunisasi. Tidak semua program telah melaksanakan PWS disebabkan karena
terbatasnya kemampuan SDM. Puskesmas Cendana melakukan telaah untuk masing-masing program
secara berkala. Hal yang ditelaah berupa cakupan program dan masalah atau
hambatan yang terjadi.
Selain pengawasan, juga
dilakukan penilaian terhadap kinerja Puskesmas Cendana yang meliputi penilaian
terhadap cakupan program, mutu pelayanan Puskesmas dan penilaian kegiatan
manajemen Puskesmas. Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun. Penilaian
terhadap kinerja Puskesmas juga dilakukan oleh supervisi dari Dinas Kesehatan Kota
Padang dengan melakukan penilaian terhadap pencapaian sepanjang tahun.
Pimpinan Puskesmas pada
setiap akhir tahun membuat laporan pertanggung jawaban. Laporan tersebut
mencakup laporan tahunan, laporan keuangan dan laporan aset.
Penanggung jawab program melakukan
telaah secara berkala terhadap hasil kegiatan secara bulanan dan tahunan.
Telaah yang dilakukan dalam rangka pemantauan hasil kegiatan cakupan program
yang dinilai adalah pencapaian dan kinerja program. Dalam hal mutu pelayanan
yaitu penilaian terhadap pelayanan prima dan kinerja staf/ pegawai puskesmas,
serta masalah dan hambatan yang dihadapi. Pimpinan puskesmas melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap pemegang program secara berkala yaitu setiap
6 bulan. Disamping itu, pemegang program
juga melakukan evaluasi dan membuat
laporan pertanggungjawaban baik setiap
bulan maupun tahunan terhadap seluruh kegiatan program P2P tersebut.
Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini bertujuan
untuk memantau dan menilai jalannya kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan program
kerja. Monitoring dilakukan sejalan dengan evaluasi agar kegiatan-kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Evaluasi dilakukan
setelah pelaksanaan kegiatan melalui pendataan dari masing-masing program P2P,
program promkes dan program kesling.
Tabel 3.8
Kegiatan Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan pemberian obat filariasis dalam rangka bulan eliminasi
kaki gajah (BELKAGA) di Wilayah Kerja Puskesmas Cendana tahun 2016
Kegiatan
|
Input
|
Proses
|
Output
|
Outcome
|
Impact
|
Realisasi
|
Presentase %
|
Pelaksanaan
pemberian obat filariasis dalam rangka eliminasi kaki gajah (BELKAGA) ke
rumah-rumah masyarakat.
|
-
Kepala puskesmas
-
Pemegang program P2M dan Kesling
-
Kertas untuk pencatatan
-
Obat Filariasis
|
Secara
Massal turun lansung kerumah Masyarakat dan masyarakat meminum obat di depan
petugas
|
80%
Masyarakat di wilayah kerja puskesmas Cendana mengkonsumsi obat filariasis
|
Masyarakat
Lebih Antisipasi terhadap penularan penyakit filariasis
|
Terjadinya
Penurunan angka filariasis dan menghambat terjadinya penyebaran kasus
filariasis di wilayah kerja Puskesmas Cendana
|
Terlaksana
|
100%
|

KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1.
Manajemen (P1, P2 dan P3) yang dijalankan di
Puskesmas Cendana telah sesuai dengan teori manajemen Puskesmas
2.
Perencanaan program P2P dilakukan dengan
pertemuan antara pimpinan Puskesmas, pemegang program serta staf dari program.
3.
Proses pelaksaanaan program P2P telah dilakukan
pembagian baik didalam maupun didalam gedung yang dibekerja sama dengan program
lain
4.
Proses pengawasan, pengendalian dan penilaian
pada program P2P telah melakukan telaah terhadap program baik dalam bulanan
maupun tahun. Serta pengawasan dan penilaian pimpinan puskesmas terhadap
program P2P dilakukan berkala dalam 6 bulan.
5.
Terdapat 8 masalah dari 5 program yang ada di
Puskesmas Kuranji Tahun 2015.
6. Pada
program P2P terjadi peningkatan kasus filariasis pada tahun 2016
7. Peningkatan
kasus filariasis disebabkan oleh beberpa faktor yaitu:
a. Manusia
1) Petugas
hanya melakukan surveilens pada saat KLB saja
2) Masyarakat
Enggan Untuk Mengkonsumsi obat filariasis
b. Dana
1) Tidak
ada anggran khusus untuk penyuluhan Filariasis
c. Sarana
1) Tidak
ada sarana promosi seperti leaflet, poster maupun brosur filariasis
2) pemeriksaan
fisik filariasis berkala tidak terlaksana dengan baik
8. Metode,
Kurangnya Informasi Mengenai Wabah Filariasis
1) Koordinasi
antar pemegang program belum optimal
2) Pemeriksaan
fisik filariasis berkala tidak terlaksana dengan baik
9. Lingkungan
1) Kelembaban
lingkungan tinggi
Pemecahan
masalah yang dilakukan untuk mengatasi masalah peningkatan filariasis adalah
dengan pemberian obat filariasis dalam rangka bulan eliminasi kaki gajah
(BELKAGA)
4.2 Saran
1. Antar
program di Puskesmas khususnya program P2P, Promkes dan Kesling untuk dapat
meningkatkan koordinasi sehingga lebih mudah untuk mengatasi masalah yang ada
2. Diharapkan
masyarakat mau untuk meminum obat filariasis
3. Memasang
kelambu dan memakai obat nyamuk
4. Menjaga
kebersihan lingkungan dengan melakukan tindakan 3M
5. Petugas
berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai penyakit filariasis
Comments
Post a Comment