REVIEW POSTER NARKOBA BERDASARKAN TEORI PERILAKU DAN TEORI KOMUNIKASI

 

REVIEW POSTER NARKOBA BERDASARKAN TEORI PERILAKU DAN TEORI KOMUNIKASI


 

Gambar 1.1 Poster Narkoba

A.      PENGANTAR

              Penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman nasional dan internasional yang perlu mendapat perhatian seksama secara multidimensional, baik secara mikro di tingkat keluarga maupun secara makro di tingkat ketahanan nasional. Hal tersebut merupakan penyakit mental dan perilaku yang berdampak pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Berdasarkan pendataan dari aplikasi Sistem Informasi Narkoba (SIN) jumlah kasus narkoba pada tahun 2012 sampai 2016, maka diketahui pada tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi kenaikan paling tinggi sebesar 161,22%. (Infodatin, 2017)                                                                                   
 Penyalahgunaan narkoba ini seperti fenomena gunung es, yang muncul di permukaan hanya sedikit, tetapi kenyataannya jumlah kasus jauh lebih besar. Selain melanggar hukum, penyalahgunaan narkoba juga berdampak negatif terhadap kesehatan dan produktivitas seseorang (Sitorus, 2013). Berdasarkan  Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2017 diketahaui bahwa dampak akibat penyalahgunaan narkoba adalah depresi sebesar 25%, sakit paru-paru sebesar 16%, HIV AIDS dan sakit syaraf masing-masing 15% dan hepatitis C sebesar 9% (Badan Narkotika Nasional, 2017). Akibat yang ditimbulkan terhadap masyarakat pada penyalahgunaan narkoba yaitu mengganggu ketertiban, rasa takut serta meresahkan lingkungan sekitar. Akibat penyalahgunaan narkoba yang ditimbulkan terhadap bangsa dan negara yaitu merugikan harkat dan martabat bangsa, merusak generasi muda serta merusak ketahanan nasional(Pina et al., 2015)                  

 

B.      REVIU POSTER NARKOBA BERDASARKAN TEORI PERILAKU

Berdasarkan Gambar 1.1 di atas dijelaskan bahwa ada beberapa akibat dari lingkungan sosial apabila seseorang memakai narkoba diantaranya adanya kekecewaan dari orangtua, teman-teman menjauh, setan jadi senang, dan ditangkap polisi.  Untuk melakukan perubahan perilaku terhadap perilaku tidak sehat (narkoba) itu, maka perlu mengetahui bagaimana perilaku itu terbentuk? Dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya? Semua  pertanyaan itu dapat dijelaskan melalui theory of planned behavior oleh Ajzen,  theory of planned behavior dapat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku, semakin baik sikap dan norma subjektif, maka semakin besar kontrol yang dirasakan, dan semakin mungkin seseorang membentuk niat untuk melakukan sesuatu (Ajzen, 2015). Theory of planned behavior ini menjelaskan ada 3 faktor pembentuk perilaku, yaitu : (Mahyarni, 2013)

a.       Sikap Kita terhadap Perilaku Tersebut (Behavioral Beliefs)

Ajzen (2005) mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku dapat diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang akan kita prediksi dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan perilaku itu(Ajzen and Fishbein, 2005).  Hasil penelitian kholik tahun 2014 menunjukkan bahwa faktor stres psikologis adalah sebanyak 48% atau cukup berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba (Kholik, Mariana and Zainab, 2014). Seorang pengguna narkoba beranggapan bahwa manfaat konsumsi narkoba maka mereka dapat melupakan sejenak atau menghindari masalah yang sedang dihadapi baik dalam lingkungan keluarga, maupun lingkungan pekerjaan.

b.      Norma Subjektif

Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya tentang dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu, karena perasaan ini sifatnya subjektif maka dimensi ini disebut norma subjektif. Berdasarkan hasil penelitian kholik tahun 2014 dapat diketahui, bahwa faktor pergaulan sebayak 72 % atau sangat berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba(Kholik, Mariana and Zainab, 2014). Banyak yang tahu bahwa penyalahgunaan narkoba adalah melanggar hukum. Namun seseorang tetap saja menggunakannya dengan berbagai alasan. Alasan tersebut dijadikan dalih mengapa mereka memakai narkoba, antara lain adalah untuk mencari sensasi, agar tampak modern, mengikuti pergaulan, ingin menarik perhatian, ingin sesuatu yang baru, dan sebagainya.

 

 

c.       Perasaan Mengenai Kemampuan Mengontrol (Perceived Behavioral Control).     

Persepsi kontrol perilaku adalah perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu. (Ajzen and Fishbein, 2005).. Peredaran dan penggunaan narkoba masih tetap terus terjadi, bahkan makin banyak jaringan internasional yang ingin memasarkan produknya ke Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar yang besar dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil dan baik. Ganja masih menjadi jenis narkoba yang paling favorit bagi pekerja di Indonesia ditambah Jenis narkoba sintetis baru semakin banyak jenisnya dan masuk ke Indonesia, terutama dengan mekanisme penjualan dengan sistem online (Badan Narkotika Nasional, 2017). Kemudahan untuk penyalahgunaan narkoba ini lah yang menjadikan masih banyaknya orang untuk mengkonsumsi narkoba.     

Untuk melakukan perubahan terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba  ini maka dapat dijelaskan melalui teori Health Belief Model, teori ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yaitu pengetahuan, persepsi secara individu terkait dengan perilaku kesehatan, sikap serta keyakinan(Tarkang and Zotor, 2015). Perilaku dipengaruhi oleh persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan persepsi ancaman: (Kaufman et al., 2018)

a.       Persepsi Kerentanan

Mayoritas penyalahguna narkoba adalah remaja, karena masa remaja merupakan masa transisi kanak-kanak ke masa dewasa.,responden dengan penghasilan orang tua tinggi, sebagian besar mendapatkan uang saku yang tinggi. Sehingga kecenderungan untuk menyalahgunaan narkoba lebih besar dibandingkan responden dengan penghasilan rendah (Maharti, 2015). Dalam hal tersebut, apabila dilihat gambar 1.1 maka diketahui bahwa pentingnya peran orangtua dalam merubah perilaku penyalahgunaan narkoba dalam poster disebutkan kalimat ‘orangtua kamu kecewa’. Oleh karena itu perlu dukungan penuh dari orang tua terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dengan bersikap terbuka dan memberikan informasi tentang narkoba. Upaya ini dilakukan agar informasi narkoba dapat diterima remaja dengan bantuan orang terdekat sehingga remaja lebih percaya dan akan menjauhi narkoba.

b.      Persepsi Keparahan

Penelitian Sholiha (2014) menyatakan bahwa tingkat keparahan terhadap penyakit yang dirasakan menyebabkan individu percaya bahwa konsekuensi dari tingkat keparahan yang dirasakan merupakan ancaman bagi hidupnya. Sehingga individu akan mengambil tindakan untuk mencari pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit. (Setiyaningsih, Tamtono and Suryani, 2016). Ketergantungan zat merupakan dampak dari penyalahgunaan narkoba yang parah, hal ini sering dianggap sebagai penyakit. Ketergantungan seperti ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan akan berbahaya dan merugikan keluarga serta menimbulkan dampak sosial yang luas(Sholihah, 2015). Berdasarkan data BNN bahwa sebesar 34%  Orang penyalahguna pernah melakukan pengobatan sendiri (pasang badan dan membeli obat bebas seperti jamu, ramuan tradisional) untuk mengatasi kecanduan narkoba. Ini artinya mereka telah menyadari tingkat keparahan dari narkoba ini(Badan Narkotika Nasional, 2017).

c.       Persepsi Manfaat

Saat ini masih 5% orang  pernah ikut detoksifikasi dan rehabilitasi. Ini artinya bahwa pengguna narkoba masih belum merasakan manfaat dari meninggalkan narkoba dibandingkan mengkonsumsi narkoba. Apabila di lihat pada gambar 1.1 di atas maka memang benar ada peran teman dalam merubah perilaku buruk itu, teman-teman akan menjauhi apabila kita mengkonsumsi narkoba,tetapi apabila kita berhenti pakai narkoba maka akan muncul rasa malu pada teman sesama pemakai narkoba.

d.      Persepsi Hambatan

Persepsi hambatan merupakan pandangan atau penilaian individu mengenai seberapa besar rintangan untuk mengadopsi atau melakukan tindakan yang disarankan. Ketika seorang pecandu disarankan untuk berhenti konsumsi narkoba maka pada saat itulah sering terjadi hambatan  relapse, yaitu peristi­wa mantan pecandu yang telah beberapa lama tidak memakai narkoba kembali memakai dan terus mengkonsumsinya. Keinginan untuk sembuh harus ber­sumber dari dalam diri pecandu sendiri. Na­mun pada kenyataannya, lepas dari Narkoba merupakan hal sulit karena Narkoba dipan­dang sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Maka dari itu, keluarga harus lebih peduli lagi, apabila kurang komunikasi, kurang kasih sayang sehingga responden terdorong untuk mencari dunia lain yang membuat dirinya merasa senang

e.       Persepsi ancaman

Ketika ancaman meningkat maka akan terjadi perilaku pencegahan terhadap penyakit. Seperti pada gambar 1.1 memanfaatkan aparat polisi sebagai ancaman agar tidak mengkonsumsi narkoba lagi

C.      REVIU POSTER NARKOBA BERDASARKAN TEORI KOMUNIKASI

Berdasarkan teori komunikasi dari Harold Lasswell, model komunikasi sebagai model komunikasi dasar adalah: (Daryanto, 2014)

1.       Who, Siapa yang menyampaikan informasi. yaitu dari dinas kesehatan. Penyampaian informasi ini bertujuan untuk mengurangi prevalensi kasus narkoba serta meningkatan angka rehabilitasi bagi yang pasien yang belum direhabilitasi.

2.       Says What, Says menjelaskan apa yang ingin disampaikan atau di sebut dengan isi informasi. Pada gambar 1.1 di atas,mengenai akibat jika pakai narkoba yaitu orangtua kecewa, dijauhi teman, ditangkap polisi, dan didekati setan.

3.       In which channel

Media yang digunakan dalam pemberian informasi jauhi narkoba ini yaitu berupa poster. Effendy (1998) menyatakan media poster memiliki kelebihan, yaitu dapat diproduksi dalam jumlah yang besar, disebarluaskan ke wilayah yang terpencil, dengan gambar yang menarik,  dapat  ditempelkan  di  tempat umum di mana orang sering berkumpul.

4.       To whom, merupakan sasaran dari informasi yang kita berikan. Apabila tidak ditentukan maka isi poster tidak tepat sasaran, pesan tidak akan tersampaikan. Seperti poster pada tabel 1.1 di atas yang masih belum jelas kepada siapa pesan itu disampaikan, apakah kepada remaja, apakah kepada anak-anak, apakah kepada orang dewasa. Sasaran dari poster ini masih belum jelas, karena beda sasaran maka beda pula pemilihan informasi, gambar, kata dan kalimat pada poster tersebut.

5.       With what effect, efek yang terjadi kepada sasaran adalah adanya perubahan prilaku dan bertambahnya pengetahuan. Berdasarkan poster di atas maka diharapkan sasaran pengguna narkoba dapat menghentikan kebiasaan buruk itu, untuk sasaran yang tidak mengkonsumsi narkoba maka diharapkan menjauhinya,dan bagi keluarga terutama orangtua penting dalam memberikan dukungan penuh kepada anak untuk tidak mendekati narkoba.

D.      KESIMPULAN

Hasil review Poster Narkoba  berdasarkan teori perilaku dan teori komunikasi maka dapat disimpulkan bahwa dalam membuat sebuah media komunikasi maka perlu memikirkan siapa yang memiliki sumber informasi, siapa sasaran yang ingin dituju, apa isi dari informasi itu, dimana media ini akan di tampilkan kepada masyarakat. Pentingnya hal ini semua karena apabila salah satu dilupakan maka media ini akan sia-sia dan tujuan dari pihak terkait tidak terlaksana yaitu untuk pembentukan persepsi dan perubahan perilaku

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2015) ‘Consumer attitudes and behavior : the theory of planned behavior applied to food consumption decisions’, Rivivista di Economia Agraria, 2(AnnoLXX), pp. 121–138. doi: 10.13128/REA-18003.

Ajzen, I. and Fishbein, M. (2005) ‘The influence of attitudes on behavior.’, in Attitudes, T. handbook of (ed.) In Albarracin, D., Johnson, BT., Zanna MP. (Eds),. Lawrence Erlbaum Associates.

Badan Narkotika Nasional (2017) ‘SURVEI NASIONAL PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI 34 PROVINSI TAHUN 2017’, in, p. 60.

Daryanto (2014) Teori Komunikasi. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Infodatin (2017) ‘Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan 2017: Narkoba’, p. 7.

Kaufman, A. R. et al. (2018) ‘Smoking-related health beliefs and smoking behavior in the National Lung Screening Trial’, Addictive Behaviors. Elsevier Ltd, 84, pp. 27–32. doi: 10.1016/ j . a d d b eh.2018.03.015.

Kholik, S., Mariana, E. R. and Zainab (2014) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Klien Rehabilitasi Narkoba di Poli Napza RSJ Sambang Lihum’, Skala Kesehatan, 5(1). Available at: http://www.ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.com/ i n d e x . p h p / J S K /article/download/13/26.

Maharti, V. I. (2015) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Usia 15-19 Tahun Di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3), pp. 945–953.

Mahyarni (2013) ‘Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior (Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku)’, Jurnal Ekonomi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim-Riau, 4(1), pp. 13–23.

Pina, N. et al. (2015) ‘Dukungan pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kota surabaya’, jurnal promkes, 3(2), pp. 171–182.

Setiyaningsih, R., Tamtono, D. and Suryani, N. (2016) ‘Health Belief Model : Determinants of Hypertension Prevention Behavior in Adults at Community Health Center , Sukoharjo , Central Java’, Journal of Promotion and Behavior, 1(3), pp. 161–171. doi: 10.26911/ thejhpb . 2 0 1 6 . 01.03.03.

Sholihah, Q. (2015) ‘Efektivitas Program P4Gn Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Napza’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), p. 153. doi: 10.15294/kemas.v10i2.3376.

Sitorus, R. J. (2013) ‘Komorbiditas Pecandu Narkotika’, Kesehatan Masyarakat Nasional, 8, pp. 301–305.

Tarkang, E. E. and Zotor, F. B. (2015) ‘Application of the Health Belief Model (HBM) in HIV Prevention: A Literature Review’, Science Publishing Group, 1(1), pp. 1–8. doi: 10.11648/j . cajph.20150101.11.

 

 

Comments